Aceh (juga disebut sebagai Aceh, Atjin, Acheen Achin.) memiliki rentetan sejarah perang yang panjang diantaranya Pada pertengahan abad ke-14, Pasai diserbu oleh tentara Majapahit dari Jawa. Pada tahun 1523, Sultan Ali menyerang Portugis di Pasai yang menewaskan komandan militer Horge de Brito. Sultan Ali berhasil mengusir pasukan Portugis dari Pasai. Setelah kekalahan tersebut, Portugis berulang kali berusaha untuk menaklukkan Aceh, tanpa keberhasilan bahkan pada tahun 1599 terbunuhnya Cornelis de Houtment dengan rencong pasukan Aceh ketika melakukan ekspansi di perairan kerajaan Aceh. Pada tahun 1873, setelah portugis minggat dari selat Malaka, Belanda menyatakan perang terhadap kerajaan Aceh Darussalam.
Tetapi
Belanda menemukan kenyataan pahit untuk mendapatkan kontrol dari seluruh
Aceh konskwensinya lebih dari 10.000 nyawa prajurit belanda yang
bertempur gagah berani tewas termasuk beberapa diantaranya Jenderal
Belanda. THE NEW YORK TIMES, pada 6 Mei 1873, menulis bahwa Sebuah
Pertempuran terkutuk telah terjadi di Aceh dimana Jenderal Belanda dan
pasukannya benar-benar hancur.
Perang
Aceh-Belanda menjadi sejarah perang terpanjang dalam catatan belanda
yang berlangsung sampai tahun 1914, perlawanan dilanjutkan dengan
kelompok-kelompok kecil sampai 1942 ketika Jepang tiba di Hindia
Belanda. Artinya Kesultanan Aceh dari abad ke-16 berada dalam perjuangan
terus-menerus. Hal tersebut cukup menjadikan masyarakat Aceh terbiasa
dengan senjata perang yang kuat dan berkualitas untuk melawan musuh. ada
berbagai senjata yang digunakan pasukan kerajaan namun ada 3 senjata
utama yang telah memainkan peran dalam sejarah Aceh. Mereka adalah
rencong, Siwaih (Siwah, Sewar, Siwar) dan peudeueng.
Pada
gagang dan mata senjata terdapat berbagai ukiran atau ornament-ornament
indah sebagai hiasan yang biasanya terbuat dari emas dan perak. Menurut
sejarah, senjata aceh memiliki pengaruh dari Hindu, Budha, Chinda dan
Islam mengingat aceh pada tahun 1292 saat Marcopolo melakukan pelayaran
dari china ke persia menemukan diunjung utara pulau sumatera setidak
memiliki enam pelabuhan perdagangan tersibuk termasuk Perlak, Samudra
dan Lambri.
Berikut berbagai koleksi senjata aceh tempoe dulu yang memiliki ornament-ornament indah,
No comments:
Post a Comment