Tuesday, May 24, 2016

cara mengetahui sifat orang bermuka dua

1.1  (Latar Belakang Masalah)

Pada hari ini ada sebagian kaum muslimin terjangkiti penyakit hati yang membahayakan, bahkan bahaya itu bisa berimbas pada agamanya. penyakit tersebut adalah penyakit nifaq.
Penyakit yang bercokol dihati ini sangat berbahaya jika tidak diobati. hingga taraf puncaknya ia bukan  hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi membahayakan orang lain yang ada disekitarnya. Sejarah telah menuliskan dalam goresan tinta para ulama mengenai pelaku nifaq, dari generasi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, para khulafa’ arrosyidin, tabi’in, dan tabiut’ tabiin serta sampai runtuhnya daulah kekhilafahan Islam yang banyak ikut peran penting munafiq dalam merobohkan Islam. hal itu bermula dari munculnya nifaq didalam hati. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul “Bahaya Nifaq Dalam Islam” ini. telah terbukti dilapangan hingga hari ini akibat kerusakan yang ditimbulkan dari manusia bermuka dua tersebut. fakta membuktikan bahwa banyak meninggalnya para pemimpin Islam yang berguguran dengan cara menyusupkan munafiq ke tengah-tengah kaum muslimin. salah satunya adalah pemimpin mujahidin checnya, yaitu Al-Khottob yang meninggal diracuni oleh munafiq. kehidupan para munafiq adalah dalam kebohongan dan lingkaran kedustaan. Meski mereka akrab dengan orang Islam, tetapi dibalik itu menyimpan kebencian seperti kebencian seorang mukmin kepada orang kafir. Didalam ibadah pun mereka menipu Allah, dengan ibadah yang hanya diniatkan untuk manusia, bukan kepada Allah yang menciptakan dan sang pemberi pahala. Allah berfirman:
 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”(Q.S An-Nisa: 142).
Ibnu katsir menjelaskan didalam tafsirnya bahwa Allah akan membalas tipuan orang munafik dalam beribadah dengan dimasukkannya mereka kedalam kedzoliman dan kesesatan, dan Allah menjauhkan mereka dari kebenaran.[1]naudzubillah min dzalik. Dan orang yang bermuka dua adalah manusia paling jahat. Sebagaimana dalam hadist: “yang mendatangi mereka dengan satu wajah dan mendatangi yang lain dengan wajah berbeda”. (HR. Bukhori dan muslim).
Apabila hal ini sudah mewabah disuatu masyarakat, berarti masyarakat itu menyimpang. setiap orang dari komunitas ini tidak percaya terhadap orang lain, selanjutnya tercerai berailah masyarakat tersebut. Banyak terjadi penipuan dan perbuatan khianat dalam masyarakat tersebut, dan hilanglah masyarakat yang bersifat Islami[2].

1.2. Batasan dan perumusan masalah

Dalam makalah ini penulis membahas pengertian nifak secara bahasa dan istilah. Jenis-jenis nifak, dan nifak akbar adalah dosa yang tidak terampuni, sifat-sifat orang munafik yang telah ada disebutkan dalam dua sumber tersebut. selanjutnya membahas perumpamaan munafik didalam Al-Qur’an dan hadist. kemudian membahas perumpamaan munafik didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sikap kaum muslimin menghadapi orang munafik, masuknya nifak yang merasuk pada sebagian golongan muslim saat ini, dan balasan orang munafik didunia dan diakherat serta cara menghindari dari penyakit nifak. Yang pada intinya penulis mendeskripsikan bahaya nifak dalam Islam dan cara untuk menghindarinya, yang mana dalam memaparkan penjelasan mengenai judul tersebut dengan dalil-dalil syar’i dan pendapat ulama yang bisa dipertanggungjawabkan.
1.3. Tujuan makalah
Tujuan makalah adalah agar kaum muslimin mengetahui sifat-sifat orang yang terkena penyakit nifaq. Dengan mengetahui tersebut kaum muslimin bisa menjauhi sifat-sifat yang menjerumuskan kepada kemunafikan, dan akan paham perilaku yang akan dilakukan orang munafiq ditengah masyarakat Islam. Karena orang munafiq telah menyebar disetiap pelosok  kaum muslimin yang notabene tidak paham pada agama syar’i. Sehingga kemungkinan besar mereka akan tertular penyakit yang membahayakan tersebut. Disangka mereka cinta kepada Islam dengan melakukan amalan dzohir, tetapi dihati mereka bertolak belakang terhadap apa yang mereka lihat.

1.4 Pentingnya Makalah
 Penulisan ini akan terasa begitu penting karena:
  1. Memenuhi tugas reading course
  2. Memberikan refrensi dan gambaran untuk makalah selanjutnya yang akan membahas tentang Aqidah dan cabangnya serta apa saja yang membahayakannya.
  3. Memberikan kontribusi dan wawasan ilmiah mengenai salah satu penyakit hati yang dapat menghancurkan aqidah juga membahayakan orang orang yang ada disekelilingnya.
  4.  Berdakwah dalam bentuk tulisan kepada masyarakat yang hari ini bodoh dari  ilmu syar’i, yang tidak bisa membedakan kebenaran dan kebatilan dalam agama.
1.5. Metode Pembahasan Makalah

Dalam metode pembahasan makalah ini, penulis melakukan penelitian perpustakaan, yaitu mencari bahan bahan pendukung terhadap judul yang akan penulis bahas, dari Al-Qur’an, Al-Hadist, kemudian  dicari penjelasannya pada  kita- kitab tafsir, syarh, dan buku-buku yang memuat masalah nifak.

1.6.  Sistematika Makalah

Dalam sisitematika makalah ini, pada bab I penulis membahas pendahuluan, yang didalamnya memuat latar belakang judul, batas dan rumusan makalah, tujuan makalah, pentingnya makalah, metode pembahasan makalah, dan sistematika makalah. Pada bab II masuk pembahasan pada pengertian nifak dari segi bahasa dan istilah, jenis jenis nifak, dan nifak akbar adalah dosa yang tidak terampuni. Bab III membahas sifat-sifat orang munafik dalam Al-Qur’an dan As-sunnah serta sikap-sikap hina yang ada pada diri mereka. Bab IV membahas perumpamaan munafik didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sikap kaum muslimin menghadapi orang munafik,  dan balasan orang munafik didunia dan diakherat. serta cara menghindari dari sifat nifak. Bab V yaitu kesimpulan dari pembahasan bab II sampai dengan bab V.

BAB II
Pengertian Nifak
2.1. Pengertian Nifak Secara Bahasa

Kata nifak berasal dari kata naafaqa-yunafiqu-munafaqotan-wanifaaqon, diambil dari kata naafiqa’ yang artinya lubang tikus yang dicari satu lubang, maka akan keluar pada lubang lain. Abu Ubaid berkata: disebut kata almunafiqu-munafiqan linnafaqi yaitu suatu lubang didalam tanah, dan ada yang mengatakan bahwa kata munaafiqan karena naafaqa seperti tikus yang masuk pada sebuah lubang.
Ibnul Arabi berkata: tikus menggali tanah kemudian menutupi lubangnya dengan tanah, tanah yang untuk menutupinya disebut Addaamaaa’. Kemudian ia menggali lubang lain disebut Annaafiqa’, melubanginya tanpa menembusnya. jika ia telah menempatinya ia kembali ketempat semula lalu memukul dengan kepalanya dan keluar darinya.[3]Dengan demikian, karakter orang munafik itu menipu, bolak balik, bimbang dan membuat siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang disembunyikan dihati. Itulah sisi kesamaannya dengan tikus atau biawak.[4]

2.2. Pengertian Nifak Secara Istilah

Menampakkan apa yang sesuai dengan kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan dengannya. Jadi siapa saja yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran didepan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian, maka dialah yang disebut Munafik. Kepercayaan atau perbuatannya disebut nifak.[5]
2.3. Macam Macam Nifak
Syaikh bin Abdul Wahhab menyebutkan bahwa munafik terbagi menjadi 2 macam:
       a. Nifak i’tiqodi
Yang dimaksud nifak i’tiqodi adalah bahwa nifak tersebut telah menjadi bagian dari akidah seseorang. Jika nifak telah menjadi keyakinan, maka akidah orang tersebut telah rusak dan akan berhadapan dengan ancaman Allah.[6]
 Tanda-tanda Nifak i’tiqodi:
  1. mendustakan Rasul atau mendustakan sebagian apa yang dibawa olehnya
  2. Membenci Rasul atau membenci sebagian ajaran yang dibawa olenya
Inilah bentuk lain yang dilakukan oleh orang orang munafik, yaitu benci, tidak menyukai Rasul atau membenci sebagian dari ajaran yang dibawanya. Sikap benci ini akan menimbulkan rasa antipati yang sangat kepada Rasulullah beserta ajarannya.
    3.Bahagia dengan kemunduran ajaran Islam atau tidak senang dengan kemenangan Islam atau benci dengan kemenangan atau kemajuan agama yang dibawa oleh Rasul salallahu alaihi wasallam
       4.Melakukan istihza’ (mengolok olok) terhadap Allah, Rasul-Nya dan juga ayat-ayat-Nya. Allah berfirman:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa”.(Q.S. at-Taubah: 65-66)
       5.Memerintahkan pada hal yang mungkar dan mencegah pada hal yang ma’ruf.
Allah berfirman: artinya “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”.  (at-taubah: 67).
       6.Berhukum kepada thagut, yaitu segala sesuatu yang diibadahi selain Allah.
Allah berfirman: artinya “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”.(QS. an-nisa’: 60)[7]
      b. Nifak amali (perbuatan) yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang orang munafik, tetapi masih tetap ada iman didalam hati. Nifak jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifak. Lalu jika perbuatan nifaknya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifak sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi salallahu alaihi wasallam:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَر
“ada empat hal, yang jika berada pada diri seseorang maka ia menjadi munafik sejati, dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifak sampai ia meninggalkannya; bila ia dipercaya ia berkhianat, bila ia berbicaraia berdusta, bila ia berjanji ia mengingkari dan bila ia bertengkar ia berucap kotor.” (Muttafaq ‘Alaih)[8].

2.4.   Nifak Akbar Adalah Dosa Yang Tidak Terampuni

Seorang munafik jika dia mati dalam nifak akbar (munafik yang besar) tanpa bertaubat kepada Allah dengan tulus, maka dosanya tidak akan diampuni oleh-Nya, firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus”. (an-Nisa: 137)[9]
Ibnu zaid berkata: mereka adalah para munafiqun, mereka beriman dua kali, dan kafir dua kali, maka Allah tambahkan kekafiran setelah itu kepada mereka. Mujahid berkata: Allah menyempurnakan kekafiran mereka sampai maut menjemput.[10]
Rasulullah salallahu alaihi wasallam bersabda mengenai perihal orang munafik:  “saya pasti menambahkan  dalam istighfar untuk munafikin sebanyak 70 kali”, beliau berharap agar Allah mengampuni mereka, maka turunlah firman Allah:
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka”. ( QS. Al-Munafiqun: 6)[11]
Wahbatul Zuhaili dalam Tafsir Al-Wasith,  beliau berkata: orang-orang munafik beristighfar tidak akan bermanfaat, meski seorang Rasul pun yang meminta ampun kepada mereka, Allah benar benar tidak akan mengampuni mereka karena kecondongan atas kufur dan nifak, selama kenifakan ada dihati mereka, tidak ada sesuatu ampunan untuk mereka, Allah tidak setuju dengan keluarnya mereka dari ketaatan-Nya, dan bergelimangnya dalam maksiat, serta amalan dhohir yang bertentangan dengan batin, sekali lagi Allah tidak akan mengampuni mereka meski tanpa batas dalam beristighfar, dan maka dari itulah, ada sebagian ayat yang di nasikh mengenai istighfar 70 kali yang terdapat didalam surat At-Taubah ayat 80.[12]

No comments:

Post a Comment