1.1 (Latar Belakang Masalah)
Pada hari ini ada sebagian kaum muslimin
terjangkiti penyakit hati yang membahayakan, bahkan bahaya itu bisa
berimbas pada agamanya. penyakit tersebut adalah penyakit nifaq.
Penyakit yang bercokol dihati ini sangat
berbahaya jika tidak diobati. hingga taraf puncaknya ia bukan hanya
membahayakan dirinya sendiri, tetapi membahayakan orang lain yang ada
disekitarnya. Sejarah telah menuliskan dalam goresan tinta para ulama
mengenai pelaku nifaq, dari generasi Rasulullah sallallahu alaihi wasallam,
para khulafa’ arrosyidin, tabi’in, dan tabiut’ tabiin serta sampai
runtuhnya daulah kekhilafahan Islam yang banyak ikut peran penting
munafiq dalam merobohkan Islam. hal itu bermula dari munculnya nifaq
didalam hati. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul “Bahaya
Nifaq Dalam Islam” ini. telah terbukti dilapangan hingga hari ini akibat
kerusakan yang ditimbulkan dari manusia bermuka dua tersebut. fakta
membuktikan bahwa banyak meninggalnya para pemimpin Islam yang
berguguran dengan cara menyusupkan munafiq ke
tengah-tengah kaum muslimin. salah satunya adalah pemimpin mujahidin
checnya, yaitu Al-Khottob yang meninggal diracuni oleh munafiq.
kehidupan para munafiq adalah dalam kebohongan dan lingkaran kedustaan.
Meski mereka akrab dengan orang Islam, tetapi dibalik itu menyimpan
kebencian seperti kebencian seorang mukmin kepada orang kafir. Didalam
ibadah pun mereka menipu Allah, dengan ibadah yang hanya diniatkan untuk
manusia, bukan kepada Allah yang menciptakan dan sang pemberi pahala.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali”(Q.S An-Nisa: 142).
Ibnu katsir menjelaskan didalam tafsirnya
bahwa Allah akan membalas tipuan orang munafik dalam beribadah dengan
dimasukkannya mereka kedalam kedzoliman dan kesesatan, dan Allah
menjauhkan mereka dari kebenaran.[1]naudzubillah min dzalik. Dan orang yang bermuka dua adalah manusia paling jahat. Sebagaimana dalam hadist: “yang mendatangi mereka dengan satu wajah dan mendatangi yang lain dengan wajah berbeda”. (HR. Bukhori dan muslim).
Apabila hal ini sudah mewabah disuatu
masyarakat, berarti masyarakat itu menyimpang. setiap orang dari
komunitas ini tidak percaya terhadap orang lain, selanjutnya tercerai
berailah masyarakat tersebut. Banyak terjadi penipuan dan perbuatan
khianat dalam masyarakat tersebut, dan hilanglah masyarakat yang
bersifat Islami[2].
1.2. Batasan dan perumusan masalah
Dalam makalah ini penulis membahas
pengertian nifak secara bahasa dan istilah. Jenis-jenis nifak, dan nifak
akbar adalah dosa yang tidak terampuni, sifat-sifat orang munafik yang
telah ada disebutkan dalam dua sumber tersebut. selanjutnya membahas
perumpamaan munafik didalam Al-Qur’an dan hadist. kemudian membahas
perumpamaan munafik didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sikap kaum muslimin
menghadapi orang munafik, masuknya nifak yang merasuk pada sebagian
golongan muslim saat ini, dan balasan orang munafik didunia dan
diakherat serta cara menghindari dari penyakit nifak. Yang pada intinya
penulis mendeskripsikan bahaya nifak dalam Islam dan cara untuk
menghindarinya, yang mana dalam memaparkan penjelasan mengenai judul
tersebut dengan dalil-dalil syar’i dan pendapat ulama yang bisa
dipertanggungjawabkan.
1.3. Tujuan makalah
Tujuan makalah adalah agar kaum muslimin
mengetahui sifat-sifat orang yang terkena penyakit nifaq. Dengan
mengetahui tersebut kaum muslimin bisa menjauhi sifat-sifat yang
menjerumuskan kepada kemunafikan, dan akan paham perilaku yang akan
dilakukan orang munafiq ditengah masyarakat Islam. Karena orang munafiq
telah menyebar disetiap pelosok kaum muslimin yang notabene tidak paham
pada agama syar’i. Sehingga kemungkinan besar mereka akan tertular
penyakit yang membahayakan tersebut. Disangka mereka cinta kepada Islam
dengan melakukan amalan dzohir, tetapi dihati mereka bertolak belakang
terhadap apa yang mereka lihat.
1.4 Pentingnya Makalah
Penulisan ini akan terasa begitu penting karena:
- Memenuhi tugas reading course
- Memberikan refrensi dan gambaran untuk makalah selanjutnya yang akan membahas tentang Aqidah dan cabangnya serta apa saja yang membahayakannya.
- Memberikan kontribusi dan wawasan ilmiah mengenai salah satu penyakit hati yang dapat menghancurkan aqidah juga membahayakan orang orang yang ada disekelilingnya.
- Berdakwah dalam bentuk tulisan kepada masyarakat yang hari ini bodoh dari ilmu syar’i, yang tidak bisa membedakan kebenaran dan kebatilan dalam agama.
1.5. Metode Pembahasan Makalah
Dalam metode pembahasan makalah ini,
penulis melakukan penelitian perpustakaan, yaitu mencari bahan bahan
pendukung terhadap judul yang akan penulis bahas, dari Al-Qur’an,
Al-Hadist, kemudian dicari penjelasannya pada kita- kitab tafsir,
syarh, dan buku-buku yang memuat masalah nifak.
1.6. Sistematika Makalah
Dalam sisitematika makalah ini, pada bab I
penulis membahas pendahuluan, yang didalamnya memuat latar belakang
judul, batas dan rumusan makalah, tujuan makalah, pentingnya makalah,
metode pembahasan makalah, dan sistematika makalah. Pada bab II masuk
pembahasan pada pengertian nifak dari segi bahasa dan istilah, jenis
jenis nifak, dan nifak akbar adalah dosa yang tidak terampuni. Bab III
membahas sifat-sifat orang munafik dalam Al-Qur’an dan As-sunnah serta
sikap-sikap hina yang ada pada diri mereka. Bab IV membahas perumpamaan
munafik didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sikap kaum muslimin menghadapi
orang munafik, dan balasan orang munafik didunia dan diakherat. serta
cara menghindari dari sifat nifak. Bab V yaitu kesimpulan dari
pembahasan bab II sampai dengan bab V.
BAB II
Pengertian Nifak
2.1. Pengertian Nifak Secara Bahasa
Kata nifak berasal dari kata naafaqa-yunafiqu-munafaqotan-wanifaaqon, diambil dari kata naafiqa’ yang artinya lubang tikus yang dicari satu lubang, maka akan keluar pada lubang lain. Abu Ubaid berkata: disebut kata almunafiqu-munafiqan linnafaqi yaitu suatu lubang didalam tanah, dan ada yang mengatakan bahwa kata munaafiqan karena naafaqa seperti tikus yang masuk pada sebuah lubang.
Ibnul Arabi berkata: tikus menggali tanah
kemudian menutupi lubangnya dengan tanah, tanah yang untuk menutupinya
disebut Addaamaaa’. Kemudian ia menggali lubang lain disebut Annaafiqa’,
melubanginya tanpa menembusnya. jika ia telah menempatinya ia kembali
ketempat semula lalu memukul dengan kepalanya dan keluar darinya.[3]Dengan
demikian, karakter orang munafik itu menipu, bolak balik, bimbang dan
membuat siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang
disembunyikan dihati. Itulah sisi kesamaannya dengan tikus atau biawak.[4]
2.2. Pengertian Nifak Secara Istilah
Menampakkan apa yang sesuai dengan
kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan dengannya. Jadi
siapa saja yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran
didepan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatan yang
sebenarnya tidak demikian, maka dialah yang disebut Munafik. Kepercayaan
atau perbuatannya disebut nifak.[5]
2.3. Macam Macam Nifak
Syaikh bin Abdul Wahhab menyebutkan bahwa munafik terbagi menjadi 2 macam:
a. Nifak i’tiqodi
Yang dimaksud nifak i’tiqodi adalah bahwa
nifak tersebut telah menjadi bagian dari akidah seseorang. Jika nifak
telah menjadi keyakinan, maka akidah orang tersebut telah rusak dan akan
berhadapan dengan ancaman Allah.[6]
Tanda-tanda Nifak i’tiqodi:
- mendustakan Rasul atau mendustakan sebagian apa yang dibawa olehnya
- Membenci Rasul atau membenci sebagian ajaran yang dibawa olenya
Inilah bentuk lain yang dilakukan oleh
orang orang munafik, yaitu benci, tidak menyukai Rasul atau membenci
sebagian dari ajaran yang dibawanya. Sikap benci ini akan menimbulkan
rasa antipati yang sangat kepada Rasulullah beserta ajarannya.
3.Bahagia dengan kemunduran
ajaran Islam atau tidak senang dengan kemenangan Islam atau benci dengan
kemenangan atau kemajuan agama yang dibawa oleh Rasul salallahu alaihi wasallam
4.Melakukan istihza’ (mengolok olok) terhadap Allah, Rasul-Nya dan juga ayat-ayat-Nya. Allah berfirman:
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
“Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu
(lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa”.(Q.S. at-Taubah: 65-66)
5.Memerintahkan pada hal yang mungkar dan mencegah pada hal yang ma’ruf.
Allah berfirman: artinya “Orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain
adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat
yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka telah lupa
kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (at-taubah: 67).
6.Berhukum kepada thagut, yaitu segala sesuatu yang diibadahi selain Allah.
Allah berfirman: artinya “Apakah kamu
tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka
telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”.(QS. an-nisa’: 60)[7]
b. Nifak amali (perbuatan)
yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang orang munafik,
tetapi masih tetap ada iman didalam hati. Nifak jenis ini tidak
mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara)
kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifak. Lalu jika
perbuatan nifaknya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya
dia kedalam nifak sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi salallahu alaihi wasallam:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ
مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ
فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ،
وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَر
“ada empat hal, yang jika
berada pada diri seseorang maka ia menjadi munafik sejati, dan jika
seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia
memiliki satu kebiasaan (ciri) nifak sampai ia meninggalkannya; bila ia
dipercaya ia berkhianat, bila ia berbicaraia berdusta, bila ia berjanji
ia mengingkari dan bila ia bertengkar ia berucap kotor.” (Muttafaq ‘Alaih)[8].
2.4. Nifak Akbar Adalah Dosa Yang Tidak Terampuni
Seorang munafik jika dia mati dalam nifak
akbar (munafik yang besar) tanpa bertaubat kepada Allah dengan tulus,
maka dosanya tidak akan diampuni oleh-Nya, firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian
bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi
ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus”. (an-Nisa: 137)[9]
Ibnu zaid berkata: mereka adalah para
munafiqun, mereka beriman dua kali, dan kafir dua kali, maka Allah
tambahkan kekafiran setelah itu kepada mereka. Mujahid berkata: Allah
menyempurnakan kekafiran mereka sampai maut menjemput.[10]
Rasulullah salallahu alaihi wasallam bersabda mengenai perihal orang munafik: “saya pasti menambahkan dalam istighfar untuk munafikin sebanyak 70 kali”, beliau berharap agar Allah mengampuni mereka, maka turunlah firman Allah:
“Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka”. ( QS. Al-Munafiqun: 6)[11]
Wahbatul Zuhaili dalam Tafsir Al-Wasith,
beliau berkata: orang-orang munafik beristighfar tidak akan bermanfaat,
meski seorang Rasul pun yang meminta ampun kepada mereka, Allah benar
benar tidak akan mengampuni mereka karena kecondongan atas kufur dan
nifak, selama kenifakan ada dihati mereka, tidak ada sesuatu ampunan
untuk mereka, Allah tidak setuju dengan keluarnya mereka dari
ketaatan-Nya, dan bergelimangnya dalam maksiat, serta amalan dhohir yang
bertentangan dengan batin, sekali lagi Allah tidak akan mengampuni
mereka meski tanpa batas dalam beristighfar, dan maka dari itulah, ada
sebagian ayat yang di nasikh mengenai istighfar 70 kali yang terdapat
didalam surat At-Taubah ayat 80.[12]
No comments:
Post a Comment