Selain terkenal dengan nama “Serambi
Mekah,” Aceh juga populer dengan warung-warung kopinya yang bertebaran.
Budaya masyarakat yang suka minum kopi bikin bisnis minum kopi di daerah
ini semakin marak. Tentu saja, nggak semua warung kopi menyajikan cita
rasa kopi yang sama. Tapi di antara warung-warung kopi itu, ada satu
tempat minum kopi yang paling terkenal dan banyak direkomendasikan.
Makanya ketika kamu berkunjung ke Aceh, sempatkan diri untuk mampir dan
mencicipi kopi di Warung Kopi Solong.
Uniknya, “Kopi Solong” bukanlah nama asli
kedai ini, melainkan “Jasa Ayah.” Tapi di Aceh, nama kopi “Solong” jauh
lebih terkenal dari nama warung kopinya. Lalu, apa itu Solong?
Cek Nawi, pemilik warung kopi “Jasa Ayah”
menjelaskan, bahwa Solong adalah nama panggilan ayahnya saat masih hidup
dan bekerja untuk orang Tionghoa. Pada tahun 1974, Solong—alias
Muhammad Solong, mendirikan warung kopi “Jasa Ayah.”
Tak banyak kedai kopi di Aceh saat itu,
hanya beberapa saja. Nggak heran masyarakat luas pun mulai mengenal Kopi
Solong. Orang-orang pun berdatangan untuk bersantai sejenak atau asyik
berdiskusi tentang berbagai tema. Secara tak langsung, “Kopi Solong”
perlahan menjadi ikonik dengan kopi Aceh, makin sering direkomendasikan
penduduk Aceh kepada wisatawan, hingga menarik minat para pejabat,
seniman, tokoh-tokoh masyarakat, bahkan turis mancanegara. Saking
larisnya, warung kopi ini sangat jarang terlihat sepi. Bahkan, bila
musim libur datang, keramaiannya bisa dua kali lipat. Tak heran bila
nama “Kopi Solong” lebih populer dibanding nama “Jasa Ayah.”
Soal kualitas, kopi Solong tak perlu
diragukan lagi. Biji kopinya pilihan, dihasilkan dari kopi Lamno dan
Pidie—yang dikenal luas sebagai kopi nomor satu di Aceh. Sebelum
digiling, Cek Nawi bahkan masih turun tangan langsung untuk menyortir
biji-biji kopi yang layak olah. Untuk menggiling kopi, Cek Nawi masih
memakai mesin giling sederhana di bagian belakang warung kopi “Jasa
Ayah.” Ini yang menyebabkan kualitas cita rasa kopi Solong terjaga,
sampai sekarang.
Cara meracik kopi Solong pun terbilang
unik. Kopi disaring menggunakan kain berbentuk kaos kaki, lalu
dituangkan berpindah-pindah dari ceret yang satu ke ceret lainnya. Tak
ada ramuan khusus, tidak campuran lain, hanya gula secukupnya.
Ketika berkunjung ke sini, kamu bisa
memesan kopi hitam manis, yang merupakan menu andalan “Jasa Ayah.” Atau,
bagi kamu yang nggak suka rasa pahit pada kopi, cobalah “sanger,”
perpaduan kopi, gula, dan sedikit susu. Tersedia juga minuman khas Aceh
lainnya, seperti teh tarik dan teh telur. Sambil menghirup kopi hangat,
jangan lupa mencoba enaknya penganan khas Aceh, seperti pulut (ketan)
sarikaya, surabi, tapai, dan bikang.
Puas menikmati harumnya kopi khas Aceh,
pastinya kamu ingin kerabat dan keluarga ikut merasakannya, kan. Nggak
perlu repot membawa mereka ke Aceh, karena kamu bisa membeli bubuk kopi
dalam bungkusan yang disediakan di sini. Terdapat tiga jenis kemasan,
yakni: seperempat kilogram (Rp 17 ribu), setengah kilogram (Rp 33 ribu),
dan satu kilogram (Rp 65 ribu).
Nah, buat kamu yang ingin datang
berkunjung, warung kopi “Jasa Ayah” buka setiap hari, mulai pukul 10
pagi hingga 10 malam. Lokasinya di jalan Teuku Iskandar, Ulee Kareng,
Banda Aceh.
No comments:
Post a Comment