Friday, May 13, 2016

KOPI TARIK ALA ACEH


PDF

Cetak

E-mail


 


Kopi aceh terkenal, baik di dalam maupun  luar negeri. Kopi Gayo misalnya, kopi yang berasal dari dataran tinggi Gayo ini  sudah  lama disukai oleh orang Eropa, di Belanda sudah  terbentuk komonitas penggembar kopi gayo ini. Harganya cukup tinggi. Bagaimana masyarakat Aceh  menikmati kopi yang terkenal itu?.  Hampir seluruh masyarakat Aceh minum kopi walaupun belum  sebagai penikmatnya. Mereka masih menggunakan gelas yang besar, dibubuhi gula dan sering diseduh ulang.

Pak Surip sebagai ahli kopi, bahwa” minum kopi yang demikian baru sebatas peminum kopi, sedangkan  penikmat kopi meminum kopi pada  gelas kecil,  kental dan tidak dicampur dengan gula”.  Terdapat kopi tarik ala aceh, kental, hitam, diseduh dengan saringan kain tipis, makin ke  tetesan terakhir, cairan  kopi yang dihasilkannya makin kental. “Mangat that” kata salah seorang pengunjung kedai kopi di Peureulak Aceh Timur.

Secangkir kopi dapat dinikmati dengan  makanan ringan seperti pulut bakar, bingkang dan goreng pisang. Namun  racikan  kopi Aceh yang menjadi ciri khas setiap kedai kopi di Aceh mulai mendapat saingan dari kopi-kopi racikan pabrik dalam bungkus-bungkus kecil, tri and one yang siap seduh. Sanggupkah racikan kopi Aceh tersebut bertahan.

Nanggro Aceh Darussalam  merupakan daerah sentra penghasil kopi nasional. Jenis kopi yang banyak ditanam masyarakat sesuai dengan lingkungannya, di dataran tinggi seperti  Gayo kabupaten Takengon dominan dengan jenis kopi arabika, di dataran rendah seperti di Kabupaten Aceh Timur dominan ditanam dengan jenis kopi robusta. Walaupun demikian tanaman kopi rakyat jarang ditanami dengan satu jenis kopi, bercampur antara jenis arabika dengan robusta, atau bercampur antar klon yang satu dengan lainnya.

Percampuran secara alami ini menghasilkan kopi yang sangat khas, spesial dan berbeda dengan daerah lain. Kopi-kopi spesiality berdasarkan indiskasi geografis ini banyak digemari konsumen.  Kopi gayo, kopi toraja dan kopi ginta mani adalah contoh-contoh kopi spesiality berdasarkan indikasi geografis yang sudah terkenal dan dipatenkan. Kopi gayo sangat terkenal di Eropah, di Belanda sudah lama terbentuk komonitas penggemar kopi gayo ini. Malah paten kopi gayo  dimiliki oleh orang Belanda, ironis memang tetapi terjadi. Masyarakat Gayo terus berjuang untuk mendapatkan kembali nama tersebut, karena gayo adalah nama kampung halaman mereka bukan milik orang lain.

Minum kopi bagi masyarakat Aceh sudah membudaya. Hampir disemua tempat baik pasar tradisional maupun moderen terdapat kedai kopi dengan pengunjung yang tidak pernah berhenti. Kedai kopi akan lebih ramai lagi bila siaran pertandingan sepak bola di televisi, acara nonton bareng di kedai kopi menjadi acara fovorit yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Kedai kopi juga ramai dikunjungi pada pagi hari. 

Kedai kopi di pagi hari bukan sekedar minum kopi, tetapi merupakan juga ajang silaturahim antar warga. Semua cerita akn terkuak di tempat ini tidak terkecuali pembicaraan politik. Bagi politisi di Aceh, media kedai kopi digunakan juga untuk kampanye. Namun minum kopi di pagi hari tersebut terkesan membuang-buang waktu kerja. Walaupun demikian kedai kopi terus berlanjut sampai tengah malam, yang berbeda adalah teman minum kopinya. Kalua pagi dengan pulut bakar, bingkang atau goreng pisang (gambar 3), sedangkan malam diselingi oleh nasi goreng dengan daging bebek.




Sekelumit cerita bagaimana fungsi kopi bagi masyarakat Aceh, megambarkan persaingan yang tinggi antar  kedai kopi yang ada. Kedai kopi yang lebih enak, penyuguhan lebih baik dan  sarana tontonan yang lebih legkap akan  lebih banyak dikunjungi konsumen. Kondisi ini memberikan peluang bagi peracik kopi untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam menyuguhkan kopi enak, sedangkan bagi konsumen tersedia banyak pilihan rasa yang dapat dinikmati. Tersebut Pak Tim, salah satu peracik kopi tarik yang terkenal di Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. Kopi racikan Pak Tim bubuknya berbentuk butiran  dengan  ukuran lebih kasar sekitar 2 mm, butiran tersebut saling merekat seperti bongkahan-bongkahan (Gambar 1).

Bila bongkahan tersebut diseduh dengan air panas dalam mangkok besar, aroma kopi asli akan merebak. Seduhan kopi tersebut disaring dengan kain tipis dibolak-balik berkali-kali menggunakan dua mangkok yang sama sampai kental (Gambar 2), setelah kental, dimasukan ke dalam gelas atau cangkir dan siap disungguhkan pada konsumen. Cara menyeduhan kopi, sama pada setiap kedai kopi, yang berbeda  racikan bubuk kopinya. Racikan kopi tersebut merupakan campuran antara kopi robusta dan kopi arabika.  

Namun saat ini kopi-kopi siap seduh dalam sase dari bermacam-macam  merek sudah merambah ke kedai-kedai kopi di Aceh, lebih praktis, murah dan  banyak pilihan rasa. Kondisi ini lambat laun akan mempengaruhi keberadaan kopi tarik khas Aceh, karena konsumen dapat berpindah ke kopi siap seduh tersebut.

Keberadaan kopi siap seduh merupakan tantangan bagi peracik kopi untuk meracik kopi dengan rasa yang tidak kalah enaknya.  Pemerintah dan masyarakat harus mempertahankan ciri-ciri khas kopi aceh ini, karena peminum kopi akan mencari rasa kopi yang berbeda dengan kopi lainnya. Kedai-kedai kopi harus tetap tampil dengan ke khas-an tersebut, ini ciri dari kopi aceh, dimana dan ke mana konsumen menikmati kopi aceh, rasa dan penampilannya seperti ini. 

Pak Surip sebagai ahli kopi, berkata bahwa” minum kopi dengan gelas besar dibubuhi gula, yang demikian baru sebatas peminum kopi, sedangkan  penikmat kopi meminum kopi pada  gelas kecil,  kental dan tidak dicampur dengan gula, rasanya sangat spesifik”.


Nanggro Aceh Darussalam berpotensi menjadi sentra produksi Aceh dan daerah kunjungan penikmat kopi. Ahli meracik kopi di daerah ini cukup banyak, hampir sebanyak kedai kopi. Keahlian ini juga dibawa oleh orang aceh bila  merantau, bila orang Padang  membuka usaha Rumah Makan Padang di rantau, maka orang Aceh membuka usaha Kedai Kopi Aceh. “Mangat that”

No comments:

Post a Comment