Wednesday, May 18, 2016

Mengenal Angkatan Perang Wanita Aceh


Sudah sejak zaman Kerajaan Islam Samudra/Pase, peranan wanita dalam politik negara dan meliter sudah nampak menonjol. Ingat saja seorang raja wanita Ratu Nihrasiyah, 801-831 H. (1400- 1428 M.). Demikianlah setelah terbentuk Kerajaan Aceh Darussalam, diberilah kesempatan yang luas kepada wanita untuk ikut serta dalam lembaga-lembaga negara dan pertahanan, dimana mereka langsung masuk dalam dinas tentera aktif. Dibawah ini dituturkan beberapa contoh :
      
I. Armada Inong Balee
         Semenjak pertama kali dimana Sulthan Al Kahhar mengirim Armada Aceh ke Malaka untuk menghancurkan kubu kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para sulthan penggantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat kedaerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka banyak sudah prajurit- prajurit yang syahid, dengan isterinya menjadi "janda " atau "Inong Bale".


         Pada zaman pemerintahan Sulthan Alaiddin Ri'ayat Sjah IV, nenekanda Iskandar Muda, yang  tahun 997-1011 H . (1589-1604 M.), dibentuklah sebuah armada yang sebahagianperajuritnya terdiri dari janda-janda (Inong bale) pahlawan-pahlawan yang telah tewas. Armada ini dinamakan dengan "Armada Inong Bale" dibawah pimpinan Laksamana Malahayati, seorang pahlawan wanita yang telah banyak jasa kepada Kerajaan. Laksamana Malahayatilah yang telah berhasil menggagalkan percobaan pengacauan oleh Angkatan Laut Belanda dibawah pimpinan Cornelis dan Frederick Houtman (1006 H . - 1599 M.).
              Berkali-kali Armada Inong Bale ikut bertempur diselat Melaka dan pantai-pantai sumatera Timur dan Malaya. Seorang Pengarang wanita Belanda, Marie van Zuchtelen, dalam bukunya "Vrowelijke Admiral Malahayati" sangat memuji-muji Laksamana Malahayati dengan Armada Inong Balenya, yang terdiri dari 2000 perajurit wanita yang gagah dan tangkas. Laksamana Malahayati pula yang diserahkan oleh Sulthan Alaiddin Ri'ajat Sjah IV untuk menerima dan menghadapi utusan Ratu Inggeris, Sir James Lancaster, yang datang ke Banda Aceh Darussalam pada tanggal 6 Juni 1602 dengan urat dari Ratu Inggris.

II. Resimen Wanita Pengawal Istana
           Dalam masa pemerintahan Sulthan Muda A l i Ri'ayat Syah V , 1011-1015 H . (1604-1607 M.), dibentuklah "Suke kaway Istana" (Resimen Pengawal Istana), yang terdiri " S i Pai' Inong" (perajurit wanita) dibawah pimpinan dua pahlawan wanita : Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseuen. Kedua Pahlawan inilah yang berjasa membebaskan Iskandar Muda dari penjara tahanan Sulthan Muda Alaiddin Ri'ayat Syah V.

III. Dipisi Keumala Cahya
              Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, 1016-1045 H. (1607-1636 M.), yang telah memperbesar dan mempermodern Angkatan Perang Aceh, juga telah membentuk satu dipisi pengawal istana, yang terdiri dari perajurit-perajurit wanita melulu dan panglimanya seorang jenderal wanita. Menurut catatan sejarah, satu bataliyon dipisi wanita yang bernama "Dipisi Keumala Cahya" dijadikan "Bataliyon Kawal Kehormatan", yang perajuritperajuritnya dipilih dari dara-dara yang ramping semampai dan berwajah rupawan. Bataliyon inilah yang ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan kehormatannya.

No comments:

Post a Comment