Sudah
sejak zaman Kerajaan Islam Samudra/Pase, peranan wanita dalam politik
negara dan meliter sudah nampak menonjol. Ingat saja seorang raja wanita
Ratu Nihrasiyah, 801-831 H. (1400- 1428 M.). Demikianlah setelah
terbentuk Kerajaan Aceh Darussalam, diberilah kesempatan yang luas
kepada wanita untuk ikut serta dalam lembaga-lembaga negara dan
pertahanan, dimana mereka langsung masuk dalam dinas tentera aktif.
Dibawah ini dituturkan beberapa contoh :
I. Armada Inong Balee
Semenjak pertama kali dimana Sulthan Al Kahhar mengirim Armada Aceh ke Malaka untuk menghancurkan kubu kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para sulthan penggantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat kedaerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka banyak sudah prajurit- prajurit yang syahid, dengan isterinya menjadi "janda " atau "Inong Bale".
Semenjak pertama kali dimana Sulthan Al Kahhar mengirim Armada Aceh ke Malaka untuk menghancurkan kubu kolonialis Portugis, sampai-sampai kepada para sulthan penggantinya yang silih berganti mengirim angkatan laut/darat kedaerah-daerah timur dan barat Sumatera serta ke Malaya, maka banyak sudah prajurit- prajurit yang syahid, dengan isterinya menjadi "janda " atau "Inong Bale".
Pada zaman pemerintahan Sulthan Alaiddin Ri'ayat Sjah IV, nenekanda
Iskandar Muda, yang tahun 997-1011 H . (1589-1604 M.), dibentuklah
sebuah armada yang sebahagianperajuritnya terdiri dari janda-janda
(Inong bale) pahlawan-pahlawan yang telah tewas. Armada ini dinamakan
dengan "Armada Inong Bale" dibawah pimpinan Laksamana Malahayati,
seorang pahlawan wanita yang telah banyak jasa kepada Kerajaan.
Laksamana Malahayatilah yang telah berhasil menggagalkan percobaan
pengacauan oleh Angkatan Laut Belanda dibawah pimpinan Cornelis dan
Frederick Houtman (1006 H . - 1599 M.).
Berkali-kali Armada Inong Bale ikut bertempur diselat Melaka dan
pantai-pantai sumatera Timur dan Malaya. Seorang Pengarang wanita
Belanda, Marie van Zuchtelen, dalam bukunya "Vrowelijke Admiral
Malahayati" sangat memuji-muji Laksamana Malahayati dengan Armada Inong
Balenya, yang terdiri dari 2000 perajurit wanita yang gagah dan tangkas.
Laksamana Malahayati pula yang diserahkan oleh Sulthan Alaiddin Ri'ajat
Sjah IV untuk menerima dan menghadapi utusan Ratu Inggeris, Sir James
Lancaster, yang datang ke Banda Aceh Darussalam pada tanggal 6 Juni 1602
dengan urat dari Ratu Inggris.
II. Resimen Wanita Pengawal Istana
Dalam masa pemerintahan Sulthan Muda A l i Ri'ayat Syah V , 1011-1015 H . (1604-1607 M.), dibentuklah "Suke kaway Istana" (Resimen Pengawal Istana), yang terdiri " S i Pai' Inong" (perajurit wanita) dibawah pimpinan dua pahlawan wanita : Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseuen. Kedua Pahlawan inilah yang berjasa membebaskan Iskandar Muda dari penjara tahanan Sulthan Muda Alaiddin Ri'ayat Syah V.
Dalam masa pemerintahan Sulthan Muda A l i Ri'ayat Syah V , 1011-1015 H . (1604-1607 M.), dibentuklah "Suke kaway Istana" (Resimen Pengawal Istana), yang terdiri " S i Pai' Inong" (perajurit wanita) dibawah pimpinan dua pahlawan wanita : Laksamana Meurah Ganti dan Laksamana Muda Cut Meurah Inseuen. Kedua Pahlawan inilah yang berjasa membebaskan Iskandar Muda dari penjara tahanan Sulthan Muda Alaiddin Ri'ayat Syah V.
III. Dipisi Keumala Cahya
Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, 1016-1045 H. (1607-1636 M.), yang telah memperbesar dan mempermodern Angkatan Perang Aceh, juga telah membentuk satu dipisi pengawal istana, yang terdiri dari perajurit-perajurit wanita melulu dan panglimanya seorang jenderal wanita. Menurut catatan sejarah, satu bataliyon dipisi wanita yang bernama "Dipisi Keumala Cahya" dijadikan "Bataliyon Kawal Kehormatan", yang perajuritperajuritnya dipilih dari dara-dara yang ramping semampai dan berwajah rupawan. Bataliyon inilah yang ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan kehormatannya.
Sulthan Iskandar Muda Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, 1016-1045 H. (1607-1636 M.), yang telah memperbesar dan mempermodern Angkatan Perang Aceh, juga telah membentuk satu dipisi pengawal istana, yang terdiri dari perajurit-perajurit wanita melulu dan panglimanya seorang jenderal wanita. Menurut catatan sejarah, satu bataliyon dipisi wanita yang bernama "Dipisi Keumala Cahya" dijadikan "Bataliyon Kawal Kehormatan", yang perajuritperajuritnya dipilih dari dara-dara yang ramping semampai dan berwajah rupawan. Bataliyon inilah yang ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dengan barisan kehormatannya.
No comments:
Post a Comment