Tuesday, May 17, 2016

PLTD Apung, Jejak Tsunami Aceh yang Kini Menjadi Objek Wisata Bersejarah


BUKTI KUASA TUHAN DI BUMI ACEH..,

PLTD Apung dengan bobot berat 2.600 ton, panjang 63 meter, dan lebar 19 meter ini terseret sejauh lima kilometer akibat tsunami. Foto: Junaidi Hanafiah

PLTD Apung dengan bobot berat 2.600 ton, panjang 63 meter, dan lebar 19 meter ini terseret sejauh lima kilometer akibat tsunami dan berlabuh di tengah permukiman warga.
Meski tsunami, bencana dahsyat yang melanda Aceh 26 Desember 2014, telah berlalu sepuluh tahun lalu, namun bukti kejadian luar biasa tersebut masih bisa kita saksikan di Kapal PLTD Apung yang kini menjadi objek wisata sejarah.
Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau biasa disebut PLDT Apung ini, awalnya bersandar di Pelabuhan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh. Akan tetapi, setelah dihantam tsunami, kapal milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) itu terseret sejauh lima kilometer dan terdampar di tengah permukiman warga di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Meuraksa, Kota Banda Aceh.
Kapal dengan berat 2.600 ton, panjang 63 meter, dan lebar 19 meter ini mampu menyalurkan listrik sebesar 10 mega watt. Sebelum datang ke Aceh, kapal ini pernah bertugas di Pontianak (1997), Bali (1999), dan kembali ke Pontianak (2001). Hadirnya kapal PLTD ini di Aceh atas permintaan Abdullah Puteh, Gubernur Aceh saat itu, untuk mengatasi krisi listrik yang terjadi tahun 2003.
Setahun lebih bertugas di Aceh, perjalanan kapal tersebut harus terhenti pada 26 Desember 2004. Saat merapat di Pelabuhan Ulee Lheue untuk mengisi bahan bakar, tiba-tiba tsunami datang menghantam.
Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clintong yang melihat PLTD Apung, saat menyambangi Aceh pada 19 Juli 2014 lalu. Foto: Junaidi Hanafiah
Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton yang melihat PLTD Apung, saat menyambangi Aceh pada 19 Juli 2014 lalu.
Para pengunjung yang ingin melihat PLTD Apung tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari luarkota, bahkan mancanegara. Foto: Rahmadi Rahmad
Para pengunjung yang ingin melihat PLTD Apung tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari luarkota, bahkan mancanegara.
Muhibbudin, Warga Punge Blang Cut yang rumahnya berada di samping PLTD Apung mengatakan, ketinggian air saat tsunami itu 10 meter lebih. “ Terbukti, rumah yang berada di sekitar kapal tersebut tidak rusak,” ujar lelaki yang saat ini bekerja sebagai pemandu wisata di Kapal PLTD Apung.
Muhibbudin mengatakan, setiap hari banyak wisatawan yang datang untuk melihat kapal tersebut. Bisa mencapai seribu pengunjung saat akhir pekan. Tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi juga dari luar kota, bahkan mancanegara. “Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton, pada 19 Juli 2014 lalu menyempatkan diri berkunjung saat melihat perkembangan Aceh pasca 10 tahun tsunami,” ujarnya.
Menurut Muhibuddin, para pengunjung tidak dikenai biaya masuk. Hanya bayar parkir dua ribu rupiah dan sumbangan seikhlasnya saja,” tuturnya.
Fransisca, wisatawan asal Inggris yang berkunjung mengatakan, setelah ia melihat langsung kapal PLTD Apung tersebut, ia tidak dapat membayangkan dahsyatnya gelombang air yang telah merenggut 170 ribu nyawa manusia itu.
Fransisca mengaku, sangat ingin melihat Kapal PLTD Apung ini sejak 2005, setelah ia menyaksikan di televisi ada kapal besar yang terdampar di perkampungan masyarakat.
Penasaran? PLTD Apung ini jaraknya hanya sekitar 7 menit dari pusat kota Banda Aceh atau dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 20 menit.
Saat hari libur atau akhir pekan, pengunjung yang datang dan naik ke kapan ini bisa mencapai seribu orang. Foto: Rahmadi Rahmad
Saat hari libur atau akhir pekan, pengunjung yang datang dan naik ke kapan ini bisa mencapai seribu orang.
Dari atas Kapal PLTD Apung, kita dapat melihat  pemandangan sekitar dan perumahan padat warga. Foto: Rahmadi Rahmad
Dari atas Kapal PLTD Apung, kita dapat melihat pemandangan sekitar dan perumahan padat warga.
PLTD Apung, menunjukkan betapa dahsyatnya kejadian tsunami sepuluh tahun lalu. Foto: Junaidi Hanafiah
PLTD Apung, menunjukkan betapa dahsyatnya kejadian tsunami sepuluh tahun lalu.

No comments:

Post a Comment