yah, itu adalah reff dari salah satu lagu grup band Republik Patah Hati (RPH) yang berjudul Dosa.
mungkin kita semua jarang sekali ya dengar (atau malah ga kenal sama sekali) dengan band yang satu ini.
Pertama kali saya mendengar sekaligus melihat penampilan mereka di
salah satu acara musik di televisi pas ramadhan 1430H kemaren.
sekilas lucu dan bikin ngakak.
kenapa? gimana saya tidak ngakak, pas mereka naik panggung, ada
segerombolan orang yang memakai topeng ala spongebob, topeng berbentuk
kotak dengan ekspresi yang berbeda-beda. terkesan unik dan Aneh memang.
Tapi itulah mereka, Republik Patah Hati.
Trus kenapa mereka menggunakan topeng ?
kenapa nama mereka Republik Patah Hati?
nah, menurut penuturan mereka sebelum beraksi dipanggung, sebelumnya
mereka bukan bernama RPH, tapi,, (aaahh, lupa saya, ga usah dibahas lah
ya) dengan dandanan yang biasa saja selayaknya band-band lainnya. namun
karena mungkin wajah mereka kurang mendukung dan respon pendengar kurang
positif, akhirnya mereka pun berubah 180 derajat. Jadilah mereka yang
sekarang, Republik Patah Hati. Ini adalah bentuk ekspresi patah hati
mereka terhadap respon yang kurang enak dari para pendengar. Dan dengan
konsep yang sekarang, mereka mengusung sebuah semboyan baru dan
menunjukkan pada para pendengar bahwa berkarya dengan kualitas musik dan
lagu bukan dari penampilan belaka. Dan saya rasa mereka berhasil,
buktinya lagu mereka sekarang di puter dimana-mana tanpa tahu siapa
sebenarnya mereka. Acung 4 jempol buat Republik Patah Hati. karena lagu
ini telah mampu menyadarkanku dengan bahasa yang sederhana namun tetap
bermakna bahwa memang diri ini adalah diri yang penuh dosa. Semoga
selalu lekat dihati dan trus berkarya dibelantika musik Indonesia.
Berikut lirik lagu lengkapnya RPH yang berjudul Dosa :
Lirik Versi Nge-Rep
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
salam ya salam assalamu’alaikum
wahai kawanku
perkenankanku cerita kan kisah
gelisah ku datang betapa
dekatnya jarak hidup dan mati di dunia ini
tentang kematian yang setiap saat bisa saja
mendatangiku tanpa permisi
astaghfirullah,
begitu banyak waktu yang kulewati datang sia sia
hingga tak ada sedikitpun ruang di hati
kecuali hanya terisi dengan dosa,
dosa kecil, dosa besar semua bertumpuk
seperti sampah yang setiap saat bisa
menguburku dalam liang lahat
hingga busuk melebihi sampah sampah sampah sampah
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
(2X)
hingga suatu ketika ku jatuh sakit
udara dingin t’rasa menggigit
dan kumerasa inilah akhir perjalan
hidupku yang begitu singkat dan
hanya terisi dosa, takut mati takut mati
aku amat sangat takut mati
ku merasa neraka makin dekat dengan jiwaku
yang tak bisa melakukan apa apa lagi
alhamdulillah segala puji bagi-Mu ya allah
yang masih memberi hamba-Mu waktu untuk kembali
kepada-Mu sungguh aku ingin melunasi semua dosa dosaku
yang tak mampu ku untuk satu demi satu
walau aku tau tak kan cukup waktu menghitung dosa dosa
yang melebihi jutaan bintang bintang bintang bintang
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
ra maghrib ra ‘isyak ra subuh ra dzuhur
ra azhar ra poso ra zakat ra ngaji
sregep sing ngapusi mendem saben bengi,
bojo gonta ganti nganti bingung sing ngopeni
kelingan neng ngomah yen kentekan duit
terus njaluk wong tuo alesan neko neko
nganti ngapusi, sarunge mambu nganti koyo kloso
di kumbah setaun pisan wae yen arep bodo
dasarane bocae mbeler
wayae sholat malah pasang nomer
senen kemis poso susu
sesasi poso malah dolanan susi
susa susu susa susi susa susu susa susi
saiki susah sesok susah susi marake susah
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
(3X)
Versi Biasa
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
oh ya tuhanku ku bersujud pada-Mu
terimalah tobat-ku
t’lah banyak dosa
kulakukan di dunia
mampukah membayarnya
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
(2X)
aku pun mengakui nafsu dunia menguasai
dan setan jadi teman sepanjang hidupku hancurkanku
oh ya tuhanku ku bersujud pada mu
terimalah tobatku
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
(2X)
Dan jika nanti aku mati
ku takmau jadi penghuni yang hina di nerakamu
oh ya tuhanku ku bersujud pada mu
terimalah tobatku
Pantaskah aku ini
jadi penghuni surga
sedangkanku banyak dosa
(3X)
Monday, May 30, 2016
Friday, May 27, 2016
Cuaca Buruk, Kapal Ferry dari Sinabang Batal Berangkat
Sabtu, 28 Mei 2016 11:10
Pekerja
memindahkan jembatan papan naik dan turun penumpang dari Kapal KM Sabuk
Nusantara 35 yang bertolak dari Pelabuhan Jetty Meulaboh ke Sinabang,
Senin (13/7) petang untuk membawa pemudik.SERAMBI/RIZWAN
"Kapal Ferry dari Sinabang, malam ini tidak berangkat ke Labuhan Haji karena cuaca buruk," demikian kata Kepala UPTD Pelabuhan Penyeberangan Labuhan Haji Yulmahendra kepada Serambinesw.com, Jumat (27/5) malam.
Informasi yang diterima Serambinews.com, ketinggian gelimbang di perairan Aceh Selatan pada Jumat malam dilaporkan mencapai 3 meter. Kondisi tersebut sangat mengancam keselamatan, sehingga pelayaran Ferry ke Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan terpaksa ditunda
Thursday, May 26, 2016
Siap-Siap, Ini Jadwal Penerimaan CPNS 2016
Pemerintah akan mengadakan penerimaan CPNS 2016. Proses pendaftarannya
mulai dibuka Agustus dan tesnya sekitar September-Oktober.
Saat ini pemerintah sudah menetapkan kuota CPNS 2016 secara nasional sebanyak 81 ribuan. Sedangkan penetapan kuota masing-masing daerah baru dimulai sekitar Juni-Juli.
"Seluruh pelamar CPNS baik pelamar umum maupun khusus semuanya melalui proses tes computer assisted test (CAT). Tidak ada yang tanpa tes," tegas Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi usai penyerapan 32 Top Inovasi Pelayanan Publik di Jakarta, Kamis (26/5/2016).
Dia menegaskan, rekrutmen CPNS tahun ini akan lebih ketat karena yang direkrut adalah orang-orang dibutuhkan. Semuanya baik formasi khusus maupun umum tetap melalui CAT.
Hanya untuk pelamar khusus, tes CAT tujuannya perangkingan. Sedangkan untuk formasi umum, tujuannya mencari yang terbaik
Saat ini pemerintah sudah menetapkan kuota CPNS 2016 secara nasional sebanyak 81 ribuan. Sedangkan penetapan kuota masing-masing daerah baru dimulai sekitar Juni-Juli.
"Seluruh pelamar CPNS baik pelamar umum maupun khusus semuanya melalui proses tes computer assisted test (CAT). Tidak ada yang tanpa tes," tegas Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi usai penyerapan 32 Top Inovasi Pelayanan Publik di Jakarta, Kamis (26/5/2016).
Dia menegaskan, rekrutmen CPNS tahun ini akan lebih ketat karena yang direkrut adalah orang-orang dibutuhkan. Semuanya baik formasi khusus maupun umum tetap melalui CAT.
Hanya untuk pelamar khusus, tes CAT tujuannya perangkingan. Sedangkan untuk formasi umum, tujuannya mencari yang terbaik
Polisi Kembali Temukan 2 Hektar Ladang Ganja di Abdya
Sedikitnya 2 (dua) hektar ladang ganja ditemukan kembali oleh Satuan
Reserse Narkoba Polres Aceh Barat Daya (Abdya) di kawasan pergunungan
Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten setempat pada Selasa (24/5/2016) lalu.
Pada akhir tahun 2012, pihak Sat Narkoba Polres Abdya juga pernah menemukan ladang ganja seluas 1,5 Hektar di pergunungan yang sama. Selain itu jajaran Kodim 0110/Abdya juga pernah menemukan ladang ganja seluas 3 Hektar juga tak jauh dari lokasi itu.
Kapolres Abdya, AKBP Hairajadi, SH melalui Kasat Narkoba, Ipda Rizal Firmansyah, SE kepada wartawan, Kamis (26/5/2016) mengatakan, penemuan ladang ganja seluas 2 ha tersebut bermula dari laporan masyarakat setempat. Berbekal laporan dari masyarakat dimaksud, pihaknya bersama dengan 6 personel dan 2 orang informan berangkat menuju lokasi guna memastikan keakuratan informasi tentang temuan ladang ganja itu.
Setelah menguras tenaga dalam perjalanan yang melelahkan selama 6 jam
turun naik gunung yang terjal, pihaknya berhasil menemukan keberadaan
ladang ganja tersebut.
“Dilokasi itu kami menemukan tanaman ganja setinggi 120 cm yang ditanam diareal seluas 2 ha, untuk menuju kesana cukup melelahkan karena harus melewati medan yang terjal,” terangnya.
Selanjutnya, sekitar pukul 23.00 WIB dihari yang sama, sebanyak 20 personel Polres Abdya ditambah 15 personel Satpol PP dan 5 orang petugas Badan Narkotika Kabupaten (BNK) setempat kembali bergerak menuju lokasi guna melakukan pemusnahan ladang ganja dimaksud.
Meski telah berhasil menemukan dan memusnahkan tanaman ganja siap panen itu, pihaknya tidak berhasil menemukan siapa pemilik lahan tersebut. Namun, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan terhadap pemilik barang haram itu.
Sebelumnya, dalam konfrensi Pers yang digelar Polres Abdya, pada Rabu (25/5/2016) sore, pihaknya juga menghadirkan 5 tersangka yang terlibat narkoba jenis Sabu dan Ganja beserta barang bukti. Masing berinisial Yus (30) warga Desa Adan, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya terlibat kasus ganja, kemudian MB (51) warga Desa Krueng Alem, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya yang kedapatan Sabu seberat lebih kurang 162,06 gram.
Lebih lanjut, pada Selasa (24/5) sekitar pukul 19.00 WIB Sat Resnarkoba juga kembali berhasil menciduk MSR (17) pelaku penyalahgunaan narkoba jenis ganja seberat 1 kg di Desa Geulumpang Payong, Kecamatan Blangpidie. Setelah mengamankan MSR beserta barang bukti, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kembali membekuk dua tersangka lainya yakni DR (18) warga Desa Kepala Bandar, Kecamatan Susoh yang masih berstatus pelajar dan SA (20) warga Desa Kuta Tuha Kecamatan Blangpidie.
“Saat ini semua tersangka berikut barang bukti sudah diamankan di Mapolres Abdya dan sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan UU nomor 35 pasal 111 ayat 1 dan 2 tentang narkotika
Pada akhir tahun 2012, pihak Sat Narkoba Polres Abdya juga pernah menemukan ladang ganja seluas 1,5 Hektar di pergunungan yang sama. Selain itu jajaran Kodim 0110/Abdya juga pernah menemukan ladang ganja seluas 3 Hektar juga tak jauh dari lokasi itu.
Kapolres Abdya, AKBP Hairajadi, SH melalui Kasat Narkoba, Ipda Rizal Firmansyah, SE kepada wartawan, Kamis (26/5/2016) mengatakan, penemuan ladang ganja seluas 2 ha tersebut bermula dari laporan masyarakat setempat. Berbekal laporan dari masyarakat dimaksud, pihaknya bersama dengan 6 personel dan 2 orang informan berangkat menuju lokasi guna memastikan keakuratan informasi tentang temuan ladang ganja itu.
Ilustrasi |
“Dilokasi itu kami menemukan tanaman ganja setinggi 120 cm yang ditanam diareal seluas 2 ha, untuk menuju kesana cukup melelahkan karena harus melewati medan yang terjal,” terangnya.
Selanjutnya, sekitar pukul 23.00 WIB dihari yang sama, sebanyak 20 personel Polres Abdya ditambah 15 personel Satpol PP dan 5 orang petugas Badan Narkotika Kabupaten (BNK) setempat kembali bergerak menuju lokasi guna melakukan pemusnahan ladang ganja dimaksud.
Meski telah berhasil menemukan dan memusnahkan tanaman ganja siap panen itu, pihaknya tidak berhasil menemukan siapa pemilik lahan tersebut. Namun, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan penyelidikan terhadap pemilik barang haram itu.
Sebelumnya, dalam konfrensi Pers yang digelar Polres Abdya, pada Rabu (25/5/2016) sore, pihaknya juga menghadirkan 5 tersangka yang terlibat narkoba jenis Sabu dan Ganja beserta barang bukti. Masing berinisial Yus (30) warga Desa Adan, Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya terlibat kasus ganja, kemudian MB (51) warga Desa Krueng Alem, Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya yang kedapatan Sabu seberat lebih kurang 162,06 gram.
Lebih lanjut, pada Selasa (24/5) sekitar pukul 19.00 WIB Sat Resnarkoba juga kembali berhasil menciduk MSR (17) pelaku penyalahgunaan narkoba jenis ganja seberat 1 kg di Desa Geulumpang Payong, Kecamatan Blangpidie. Setelah mengamankan MSR beserta barang bukti, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kembali membekuk dua tersangka lainya yakni DR (18) warga Desa Kepala Bandar, Kecamatan Susoh yang masih berstatus pelajar dan SA (20) warga Desa Kuta Tuha Kecamatan Blangpidie.
“Saat ini semua tersangka berikut barang bukti sudah diamankan di Mapolres Abdya dan sedang menjalani pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan UU nomor 35 pasal 111 ayat 1 dan 2 tentang narkotika
Wednesday, May 25, 2016
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI
Sejak
ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 )
menyatakan bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi
sejak abad ke – 5 dan di jawa timur pada abad ke – 8.
Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di iklim tropis
basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan
dan bulan – bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan
adanya sistem irigasi.
Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu bangunan fisik bendung,
dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi atau sawah.
Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik
dan benar maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan
benar.
Menurut
peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah
usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase
yaitu : mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar
tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah :
tindakan intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya
menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah
tersebut menaikkan produksi pertanian.
Kata
sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ SET “ atau kumpulan
yang sekarang dipakai untuk kesatuan “ SET “ sesuai dengan kegunaannya (
Dulla – Navarette, 1992 ), misalnya sistem sungai, sistem matahari dan
lain – lain.
Dengan
mengacu pada takrif bahawa sistem irigasi merupakan : suatu set dari
elemen – elemen fisik dan sosial yang dipergunakan untuk mendapatkan air
dari suatu sumber terkonsentrasi alami ( seperti :
saluran alami , cekungan, saluran drainase atau akulifer. yang dimaksud
dengan operasi dan pemeliharaan adalah kegiatan untuk melakukan operasi
pada alat – alat pendukung bangunan irigasi seperti pintu – pintu
pengatur saluran air irigasi sedangkan pemeliharaan adalah memelihara
saluran dan sekitar saluran termasuk bangunan utama irigasi agar dapat
berjalan dengan lancar. Karna tanpa adanya O dan P dipastikan jaringan
tersebut tidak akan bertahan lama.
1.2. IRIGASI SEBAGAI SUATU SISTEM
Huppert
dan Walker ( 1989 ) menyatakan sebenanya sistem irigasi merupakan
sistem sosio – teknis. Sistem sosio teknis mempunyai cirri kenampakan (
attributes ) sebagai berikut :
1. Adanya interelasi yang sangat erat antara struktur sosial dan kenyataan teknologis.
- Bersifat terbuka dan berinteraksi timbal balik dengan lingkungannya.
- Berwawasan pencapaian tujuan dan ditentukan oleh kelompok yang berkepentingan dengan harapan memperoleh hasil produksi barang ( Biomassa ) dan jasa pelayanan.
Sistem sosio – teknis menekankan pada proses konversi dimana memasukkan di import dari sistem lingkungan ditranformasikan dalam
suatu proses konversi dan di eksport ke sistem lingkungan sebagai
keluaran. Lingkungan suatu sistem irigasi berupa lingkungan fisik dan
ekologi. Didalam sistem irigasi yang kompleks akan terjadi transformasi :
i. Teknis berupa penyedian, pembagian air sapai air kemintakat perakaran tanaman.
ii. Transformasi kemanusian ( dapat berupa pola piker pelaku irigasi secara terlatih )
iii. Financial ( dalam bentuk investasi ) dan
iv. Informasi ( Puposutarjo, 1995 )
1.3. MANAJEMEN IRIGASI
Dari pengertian – pengertian diatas maka dalam hal ini manajemen diartikan sebagai peningkatan atau perbaikan kinerja ( perfomence ) suatu sistem produksi dengan
obyektif afesiensi ( Pengaturan berbagai masukan untuk menghasilkan
lebih banyak iuran yang diinginkan ) ( Nobe dan Sampath ) , 1986 ; Reddy
‘ 1986 ). Menurut Pusposutarjo ( 1995 ), konsep menajemen seperti
disebutkan diatas berbasis pada pangkal piker ( premise ), bahwa ( i ) sistem produksi kinerjanya masih dapat ditingkatkan dan
( ii ) masyarakat sebagai sistem sosio – kultural menginginkan danya
perbaikan kinerja. Bila batasan arti konsep manajemen irigasi maka : ( i
) irigasi merupakan sustu sistem ; ( ii ) manajemen merupakan : “
Proses dimana air dimanipulasikan ( dikendalikan dalam produksi pangan
dan serat – seratan). Manajemen air irigasi merupaka cara pendayagunaan
keterampilan – ketermpilan fisik, biologis, khemis dan sumberdaya sosial
untuk menyediakan air guna memperbaiki produksi pangan dan serat – seratan. ( Lowdermilk dalam Reddy, 1984 ).
BAB II
SISTEM JARINGAN IRIGASI, SALURAN PEMBAWA,
PEMBUANG DAN STRUKTUR ORGANISASI
II . SISTEM JARINGAN IRIGASI
2.1. Unsur dan Tingkatan Sistem Jaringan Irigasi
Suatu jaringan irigasi sebetulnya mempunyai empat macam fungsi pokok yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Mengambil air dari sumbernya, biasanya berasal dari mata air, danau atau akuifer
2. Membawa air dari bangunan pengambilan kepetak – petak ( tersier )
3. Membagikan air di dalam petek – petek ke petek – petek sawah
4. Mengalirkan kelebihan air kesaluaran pemutus, yang biasanya dipakai saluran alam atau sungai.
Berdasarkan
cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas yang
dimiliki, sistem jaringan dapat dipilahkan menjadi tiga macam, yaitu ;
a. Sistem irigasi sederhana
b. Sistem irigasi semi teknis
c. Sistem irigasi teknis
Ciri – ciri ketiga sistem irigasi tersebut adalah sebagai berikut :
2.1.1. Sistem Jaringan Irigasi Sederhana
Sistem jaringan irigasi digolongkan ke dalam irigasi sederhana karena, fasilitas (
bangunan ) yang ada tidak permanen dan fungsinya masih sangat sederhana
sekali. Apabila sistem irigasi tersebut mengambil dari air sungai
baisanya bangunan terserbut terbuat dari tumpukan batu dan batang kayu
maka membutuhkan perhatian yang sangat tinggi untuk menjaga
kelanjutannya.
Karenanya
kasederhanaannya sistem irigasi ini dapat dikelola oleh sekelompok
masyarakat tanpa peranan pemerintah. Didalam kinerja pengolaannya tidak
efisien karena keterbatasan alat ( fasilitas ) maupun tempat ( daerah )
yang terletak didesa.
2.1.2 . Sistem Irigasi Semi Teknis
Sistem
irigasi semi teknis ini sudah lebih maju karna fasilitasnya sudah
lengkap serta bangunanya juga permanen kan tetapi sistem jaringan
pembagian airnya masih serupa dengan sistem irigasi sederhana. Dalam
sistem irigasi semi teknis ini pemerintah sudah terlibat dalam
pengelolaannya, seperti dalam melakukan operasi juga pemeliharan
bangunannya.
2.1.3. Sistem Irigasi Teknis
Dalam sistem jaringan irigasi teknis
ini bangunannya sudah dibuat lebih lengkap agar dapat memenuhi keempat
fungsinya. Salah satu prinsip sistem irigasi teknis adalah pemisahan
sistem jaringan pembawa dan sistem jaringan pemutus. Sistem jaringan
irigasi teknis ini disebut juga manajemen gabungan antara pemerintah dan
petani. Karena pemerintah bartanggung jawab didalam sistem jaringan
utama dimulai dari bangunan pengambilan sampai dengan saluran tersier
sepanjang 50m di hilir bangunan sadap tersier, sedangkan petani
bertanggung jawab atas sistem jaringan di dalam petak tersier.
2.2. Komponen Sistem Jaringan Irigasi
Agar sistem jaringan irigasi dapat memenuhi fungsinya, maka harus ada komponen utama yang terdiri dari :
a. Bangunan Utama ( Headwork )
b. Jaringan Pembawa
c. Petek – petak Tersier
d. Saluran Pemutus
Agar
dapat menjamin keberhasilan dan mendapat kinerja yang lebih baik maka
komponen utama tersebut di lengkapi dengan bangunan pelengkap. Fungsi
dan ciri keempat komponen utama tersebut sebagai berikut :
2.2.1. Bangunan Utama ( Headwork )
Bangunan utama merupakan
suatu komplek bangunan yang direncanakan sepanjang aliran sungai atau
aliran air untuk dialirkan kedalam jaringan aliran agar dapat
dimanfaatkan untuk keperluan irigasi serta dapat
mengurangi kandungan sendimen yang berlebihan juga dapat mengukur banyak
air yang masuk. Bangunan utama terdiri atas :
a. Bangunan pengelak banjir dengan peredam energi
b. Bangunan pengambilan utama
c. Pintu bilas
d. Kolam elak
e. Kantung lumpur ( jika diperlukan )
f. Tanggul banjir
g. Bangunan pelengkap ( apabila diperlukan )
Tidak
semua bangunan utama mempunyai komponen yang dapat memfasilitasi
pengukuran debit maupun pengurangan laju sedimen yang masuk kesaluran
utama karena tergantung pada tipe sistem jaringan irigasi yang ditinjau.
Sesuai dengan fungsinya maka terdapat beberapa macam bangunan utama, yaitu :
a. Bendung tetap ( Weir )
b. Bendung gerak ( Barrage )
Fungsi
bendung tetap dan gerak sama karena untuk meninggikan permukaan air
sungai agar dapat dialirkan ke dalam aliran irigasi. Apabila tubuh
bendung tersebut suatu bangunan dengan konstruksinya tetap maka bendung
tersebut bendung tetap. Tetapi apabila tubuh bendung terdirir atas
beberapa pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk mengatur tinggi muka air dihulu bendung, bendung tersebut disebut bendung gerak.
Apabila
kharestaristik sungai memungkinkan maka sistem sungai tersebut dapat
dibangun suatu waduk ( dam, strorage ). Waduk merupakan bangunan yang
berguna untuk untuk menampung air irigasi pada saat kelebihan ( surplus )
air sungai agar dapat dimanfaatkan kalau terjadi kekurangan air pada
musim kemarau. Waduk juga memiliki banyak fungsi sebagai pengatur aliran
air sungai, pembangkit tenaga listrik, pengendalian banjir, perikanan,
pariwisata, olahraga dan lain – lain. Sebagai contoh waduk yang terkenal
adalah waduk jatiluhur.
2.2.2. Jaringan Pembawa
Sesuai
dengan fungsinya sebagai pembawa air dari bangunan utama kepetak –
petak tersier, biasanya dilengkapi dengan bangunan – bangunan air yang
dibangun sesuai dengan kebutuhannya baik memenuhi persyaratan
operasional, perawatan, maupun teknik keamanan bangunan serta dapat pula
berfungsi sosial. Bangunan tesebut dapat berbentuk bangunan pengukur
dan pengatur, bangunan bagi, jaringan primer dan dibangunan sadap
sekunder maupun tersier pada alat pengukur dilengkapi dengan pengatur
muka air biasanya alat ini berbentuk pintu sorong.
2.2.3. Petak Tersier
Petak
tersier mempunyai fungsi penting dalam pengelolaan sistem irigasi
teknik. Berfungsi menerima air irigasi dari suatu jaringan utama melalui
suatu bangunan sadap tersier yang dilengkapi bangunan pengatur dan
pengukur debit aliran. Luas petak tersier berkisar antara 50 – 100 Ha.
Tetapi kadang – kadang dapat mencapai 150 Ha. Petak tersier dapat dibagi
lagi menjadi petak kuarter dengan luas 8 – 15 Ha.
2.2.4. Saluran Pemutus
Berfungsi sebagai saluran pembuang kelebihan air di petak tersier. Biasanya saluran ini berbentuk saluran terbuka terletak sejajar petak tersier.
2.3. Perancangan dan Perencanaan Sistem Irigasi
Indonesia
yang terletak di wilayah iklim tropis basah dengan sifat klimatik yang
khas yaitu curah hujan yang tinggi dengan beberapa bulan yang kering
juga mempunyai kharakteristik flora yang khas pula. Padi sebagai salah
satu tanaman pokok yang toloren terhadap kharakteristik wilayah tropis
basah tersebut. Sifat klimatik tropis basah yang khas pula menyebabkan
timbulnya beberapa hari tanpa hujan. Oleh sebab itu agar tanaman tetap
dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal tanpa kekurangan air masih
dibutuhkan tambahan atau suplesi air irigasi.
Adanya
curah hujan yang tinggi dengan kharakteristik hidrogeologi yang khas
pula telah menyebabkan Indonesia mepunyai banyak sungai. Dari air sungai
inilah air irigasi diambil dan diupayakan guna mengairi daerah irigasi
yang direncanakan. Karena adanya masalah sungai, seperti banjir, konflik
antara pemakai air dan kebutuhan tenaga listrik yang makin lama makin
membesar sehingga membutuhkan cadangan yang besar maka dibangunlah
bendungan ( Dam ).
Sistem
irigasi juga dirancang untuk pemberian air irigasi terhadap waktu atau
sistem, aliran lunak ( unsteady Flow ), artinya debit air irigasi
diberikan secara tetap untuk waktu tertentu.
2.3.1. Proses Perencanaan
Pada akhir abad ke – 19 pemerintah kolonial Belanda secara besar – besaran membangun
sistem irigasi dengan tujuan utama untuk mengairi perkebunan tebu dan
tembakau. Pada pembangunan tersebut dipakailah metode – metode
perencanaan secara modern dengan mengutamakan kaidah – kaidah manajemen
modern dengan tolak ukur wilayah, hidrolika, ilmu kalimat, agronomi dan
ekonomi untuk menentukan kelayakan teknik dan ekonomis.
Kaidah
ono meskipun dipakai untuk merencanakan dan merehabilitasi sistem
irigasi di Indonesia meskipun tujuan utama pembangunan irigasi
dikembalikan lagi sebagai rice based irrigation system. Pada tahun 1986 Direktorat Jendral pengairan telah mengeluarkan buku baku perencanaan irigasi.
Dalam buku perencanaan tersebut terdapat tujuh tahapan kegiatan pproyek pembangunan yang tahapannya disingkat dengan akronim SIDLACOM, kependekan dari : Survey (
Pengukuran ), Investigation ( Penyelidikan ), Design ( Perencanaan
Teknik ), Land Acquistion ( Pembebasan Tanah ), Construktion (
Konstruksi / Pelaksanaan ), Operation ( Ekspolitasi ), Maitenance ( Pemeliharaan ).
Ketujuh
tahapan pekerjaan tersebut proses SID merupakan proses perencanaan.
Tahap SID dilakukan dengan dua tahapan yaitu, Tahap studi dan Tahap
perencanaan teknis.
2.3.2. Perencanaan Pembangunan Irigasi Dalam Paradigma
Pembangunan Yang Baru
Pembangunan
irigasi ini hanya ditujukan untuk memenuhi kelayakan teknis dan
ekonomis. Tetapi pada dekade 90-an telah berkembang pembangunan baru
yang berorientasi pada pembangunan kemanusian. Dimana manusia
ditempatkan sebagai subyek dalam pembangunan itu sendiri, melindungi
peluang kesempatan hidup bagi generasi mendatang seperti halnya generasi
saat ini dan menghargai sistem alami dimana semua kehidupan tergantung
kepadanya.
Paradigma baru dalam pembangunan irigasi yang kemanusiaan secara lebih rinci ini adalah :
1. Pembangunan
irigasi harus memberikan kesempatan kepada semua individu untuk
mengembangkan kemampuan kemanusiaannya secara penuh dan memanfaatkan
kemampuannya disegala bidang.
JALUR LALU LINTAS
Jalur lalu lintas
(traveled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang
diperuntukan untuk lalau lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari
beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalau
lintas yang khusus diperuntukan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan
beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal untuk jalan
2 arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur
lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri dari 1 lajur lalau lintas.
Lebar lajur lalu lintas
Lebar lajur lalau lintas
merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara
keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan
pengamatan langsung di lapangan karena:
a. Lintasan kendaraan yang satu
tidak mungkin dapat diikuti oleh lintasan kendaraan dengan tepat’
b. Lajur lalu lintas tak
mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimun. Untuk keamanan dan
kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan.
c.
Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu
lajur lalu lintas, karena kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya
samping seperti tidak ratanya permukaan, gaya
sentrifugal ditikungan,dan gaya
angin akibat kendaraan lain yang menyiap.
Lebar kendaraan penumpang
pada umumnya bervariasi antara 1,5 m – 1,75m.Bina Marga mengambil lebar
kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,7 m,dan 2,50 m untuk kendaraan
rencana truck/bis/ semi trailer .Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar
kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangaat
ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas dengan
kecepatan tinggi, membutuhkan ruang bebas untuk menyiap dan bergerak yang lebih
besar dibandingkan dengan jalanuntuk kecepatan rendah.
Pada jalan local
(kecepatan rendah)nlebar jalan minimum 5,50 m(2 x 2,75) cukup memadai untuk
jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia , lebar 5
m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan
tinggi , mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya
3,5 m.
Jumlah lajur lalu lintas
Banyaknya lajur yang
dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas yang akan memekai jalan
tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.
Kemiringan melintang jalur
lalu lintas dijalan lurus diperuntukan terutama untuk kebutuhan drainase jalan.
Air yang jatuh diatas pemukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran
pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 2% - 4 % untuk jenis lapisan
permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti aspal atau semen. Semakin
kedap lapisan tersebut, semakin kecil kemiringan melintang yang dapat
dipergunakan.
Sedangkan untuk jalan
dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti jalan
berkerikikl, kemiringan melintang dibuat sebesar 5 %.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas ditikukngan dibuat untuk kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, disamping kebutuhan akan drainase. Besarnya kemiringan melintang yang dibutuhkan pad ditikungan.
REKAYASA JALAN RAYA II
SEJARAH PERKERASAN
JALAN.
A. Sebelum Manusia
Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.
Setelah manusia diam (menetap)
berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak jauh dan dekat. Maka
dalam membuat jalan mereka berusaha mencari jarak yang paling dekat dengan
mengatasi rintangan – rintangan yang masih dapat mereka atasi.
Misalnya : bila melewati
tempat-tempat berlumpur mereka menaruh batu disana - sini agar dapat
melompat-lompat diatasnya bila melewati tanjakan yang curam mereka membuat
tangga-tangga.
Gambar 1.1. Sejarah Jalan Sebalum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat
B. Setelah Manusia
Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut.
Setelah manusia mengenal hewan
sebagai alat angkut, maka konstruksi jalan sudah agak maju, ialah :
Bentuk jalan yang
bertangga-tangga sudah dibuat lebih mendatar. Batu-batu yang ditempatkan
jarang-jarang ditempat yang jelek atau berlumpur sudah dibuat lebih rapi dan
menutup rapat tempat-tempat yang jelek.
C. Setelah Manusia
Mengenal Kendaraan Beroda Sebagai Alat Angkut.
Bangsa Romawi mulai abad ke 4
SM - abad ke 4 , telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet — 5
feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 (± 12 m). Perkerasan tersebut dibuat
berlapis-lapis seperti gambar dibawah ini.
Gambar 1.2. Konstruksi
Perkesarasan Romawi
D. Perkembangan Konstruksi Perkerasan
Jalan Pada Akhir Abad Ke — 18.
a). Seorang bangsa Inggris
Thomas Telford ahli jembatan Iengkung dari batu, menciptakan konstruksi
perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan Iengkung seperti berikut
ini ;
" Prinsip desak-desakan
dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan. Konstruksi ini sangat berhasil
kemudian disebut "Sistem Telford".
Gambar 1.3. Konstruksi
Perkerasan Telford
b). Pada waktu itu pula John Mc
Adam (1756 — 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip
"tumpang-tindih" dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran
terbesar (± 3"). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan
prinsip pembuatan jalan secara masinal (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut "Sistem Mc.
Adam".
Gambar 1.4. Konstruksi Perkerasan Mc Adam
Sampai sekarang ini kedua
sistem perkerasan tersebut masih sering dipergunakan di daerah—daerah di
Indonesia dengan menggabungkannya menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah utk
bagian bawah sistem Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
E. Perkembangan Konstruksi Perkerasan
Jalan Pada Abad Ke — 19.
Pada abad 19 Kereta Api
ditemukan mulai pada Tahun 1930, jaringjaring rel kereta api dibuat
dimana-mana, maka angkuran lewat jalan raya mulai terdesak, dengan sendirinya
teknik pembuatan jalan tidak berkembang. Tetapi pada akhir abad ke - 19
kendaraan bermotor mulai banyak, sehingga menuntut jalan darat yang balk dan
lancar, teknik pembuatan jalan yang baik timbul lagi.
F. Perkembangan Konstruksi Perkerasan
Jalan Pada Abad Ke - 20.
Sesudah perang dunia ke I
kira-kira tahun 1920 banyak negara - negara mulai memperhatikan pembangunan
jalan raya, karena makin banyaknya angkutan kendaraan bermotor. Persaingan
antara Kereta Api dan kendaraan bermotor mulai ramai, karena masing-masing
memiliki keunggulan sendiri. Untuk angkutan secara massal jarak jauh Kereta Api
unggul, tetapi sebaliknya untuk angkutan jarak pendek/ dekat kendaraan bermotor
lebih unggul dikarenakan kendaraan bermotor dapat melayani dari pintu ke pintu
(door to door), dan bahan bakar yang dibutuhkan lebih rendah.
Disamping itu pula orang mulai
membuat jalan, sehingga perkembangan pembuatan jalan menjadi menjadi lebih
cepat dengan kemudahan pembuatan dan kualitas yang lebih balk. Selama perang
dunia ke II untuk keperluan militer yang mendesak telah dibuat beribui-ribu
kilometer jalan secara masinal sistem modern dibanyak negara. Hal ini mendorong
berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai jalan raya.
Materi Kuliah Rekayasa Jalan Raya II :
Materi Elearning Gunadarma :
- Cover Rekayasa Jalan Raya_2
- Daftar Isi
- BAB 1. Perkerasan Jalan
- BAB 2. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Lentur
- BAB 3. Material Konstruksi Perkerasan Lentur
- BAB 4. Parameter Perencanaan Tebal Lapisan Konstruksi Perkerasan
- BAB 5. Perancangan Tebal Perkerasan
- BAB 6. Aspal Beton Campuran Panas
- BAB 7. Perancangan Tebal Lapis Ulang
- BAB 8. Kerusakan-kerusakan Permukaan Jalan dan Pemeliharaannya
- Lampiran
REKAYASA JALAN RAYA I
Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah
manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup
dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan demikian perkembangan jalan
saling berkaitan dengan teknik jalan, seiring dengan perkembangan
teknologi yang ditemukan manusia.
Pada awalnya jalan raya hanya berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejak berubah menjadi jalan setapak yang masih belum berbentuk Jalan yang rata. Dengan dipergunakan alat transportasi seperti hewan, kereta, atau yang lainnya, mulai dibuat jalan yang rata.
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000 km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi.
Jalan Daendles tersebut belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat itu telah dimulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi sampai abad 18.
Pada akhir abad 18, Thomas Telford dari Skotlandia (1757-1834) ahli jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan lengkung seperti berikut ini ;
“ Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan “.
Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut “Sistem Telford”.
Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3“). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal/mekanis (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut “Sistem Mc. Adam”.
Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut
masih sering dipergunakan di daerah–daerah di Indonesia dengan
menggabungkannya menjadi sistem Telford-Mc Adam ialah utk bagian bawah
sistem Telford dan bagian atasnya sistem Mc Adam.
Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai ditemukan kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat. Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal dimulai pada tahap awal berupa konstruksi Telford dan Macadam yang kemudian diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar yang kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi (Lapisan Burtu, Burda Buras). Tahun 1980 diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal: emulsi dan Butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastic, perkembangan konstruksi perkerasan jalan. menggunakan aspal panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti: aspal beton (AC) dan lain-lain.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan pada tahun 1928 di London tetap; konstruksi perkerasan ini mulai berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980.
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan sehingga dapat memenuhi, fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan optimum (keamanan dan kenyamanan) pada arus lalu-lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik jalan tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan.
Tujuan dari perencanaan Geometrik jalan adalah “menghasilkan infrastruktur yang aman, effisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan”. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberi rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Penampang Melintang Jalan
Materi Elerning Gunadarma :
Pada awalnya jalan raya hanya berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejak berubah menjadi jalan setapak yang masih belum berbentuk Jalan yang rata. Dengan dipergunakan alat transportasi seperti hewan, kereta, atau yang lainnya, mulai dibuat jalan yang rata.
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000 km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi.
Jalan Daendles tersebut belum direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat itu telah dimulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan jalan seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi sampai abad 18.
Pada akhir abad 18, Thomas Telford dari Skotlandia (1757-1834) ahli jembatan lengkung dari batu, menciptakan konstruksi perkerasan jalan yang prinsipnya sama seperti jembatan lengkung seperti berikut ini ;
“ Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan “.
Konstruksi ini sangat berhasil kemudian disebut “Sistem Telford”.
|
Pada waktu itu pula John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3“). Perkerasan sistem ini sangat berhasil pula dan merupakan prinsip pembuatan jalan secara masinal/mekanis (dengan mesin). Selanjutnya sistem ini disebut “Sistem Mc. Adam”.
Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai ditemukan kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Mulai tahun 1920 sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat. Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal dimulai pada tahap awal berupa konstruksi Telford dan Macadam yang kemudian diberi lapisan aus yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar yang kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi (Lapisan Burtu, Burda Buras). Tahun 1980 diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal: emulsi dan Butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastic, perkembangan konstruksi perkerasan jalan. menggunakan aspal panas (hot mix) mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti: aspal beton (AC) dan lain-lain.
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan pada tahun 1928 di London tetap; konstruksi perkerasan ini mulai berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal sekitar pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980.
Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan sehingga dapat memenuhi, fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan optimum (keamanan dan kenyamanan) pada arus lalu-lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometrik jalan tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan walaupun dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan jalan seutuhnya, demikian pula dengan drainase jalan.
Tujuan dari perencanaan Geometrik jalan adalah “menghasilkan infrastruktur yang aman, effisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya pelaksanaan”. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberi rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Dasar dari perencanaan geometrik adalah
Sifat gerakan, dan
Ukuran kendaraan,
Sifat pengemudi Dalam Mengendalikan Gerak Kendaraannya,
Karakteristik arus lalu-lintas.
Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak
kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.Bab I. Pendahuluan
Bab II. Penampang Melintang Jalan
Materi Elerning Gunadarma :
Subscribe to:
Posts (Atom)