Angan jauh membawa menerawang menembus sang waktu yang dengan pasti berlalu. Syukurku Tuhan telah Kau kirimkan makhlukMu untuk sempurnakan hidup aku. Tidak hentinya syukur itu terucap disaat angan membawa masa lalu yang kurang indah itu. Tidak aku sesali karena ini bagian dari takdirMu dan karena itu aku bertemu kamu belahan jiwaku.
Dua tahun yang lalu kisah indah ini mulai terukir. Keterpurukkan membawa aku pada limbungnya psikis diri yang mungkin tidak ada satupun orang lain tahu, meski itu orang tuaku. Tidak terlihat jelas memang, baik dalam ucapan ataupun tingkah lakuku. Aktris yang sempurna, mungkin itu lebih tepatnya. Saat itu aku fikir aku mampu menjalaninya tanpa ada yang perlu tahu karena itu tidak penting. Yang terpenting bahagia kalian, itu yang selalu aku ucapkan pada diriku sendiri. Aku seorang wanita yang memilih menjadi dewasa karena situasi membawa dalam problematika kehidupan yang luar biasa. Dewasa .. yach kata itu yang aku artikan disaat aku harus menentukan apapun dengan pertimbangan diri sendiri dan harus mengalah karena tidak ingin mereka semua terluka.
Dewasa adalah sebuah pilihan ... kalimat itu yang sering aku baca pada kata-kata bijak yang sengaja aku catut untuk menguatkan diri. Karena pada dasarnya akupun lelah memakai topeng kebahagiaan palsu. Hubungan yang karena cukup lama harus aku pertahankan hanya karena aku tidak ingin mereka, entah orang tua, saudara ataupun teman menjadi terluka jika aku akhiri semua. Tiap detik aku bangun tembok penguat, aku berusaha menutup mata. Aku selalu berfikir jika mereka bahagia tentunya aku akan bahagia. Ternyata aku salah bukan aku bahagia tapi justru jiwa ini semakin terluka. Semua serba kebohongan yang aku suguhkan. Aku selalu tersenyum meski hati ini terus menangis meminta sebuah kejujuran. Banyak pertimbangan yang menghantui fikiranku. Mau sampai kapan ini semua aku simpan, mau sampai kapan berpura-pura bahagia jika hati ini terus meronta.
Dengan sedikit keberanian aku tendang tembok kekamuflasean kebahagiaan yang aku bangun. Sangat mudah merobohkannya tetapi akupun tidak cukup keberanian untuk membangunnya kembali dengan kebahagiaan yang sesungguhnya. Dengan gamang dan tertatih aku umumkan pada semua aku lelah untuk kepura-puraan yang hanya buat aku terluka.
Tapi kegamangan itu hilang disaat dia datang untuk mengulurkan tangannya yang kokoh buat aku bangkit dan dengan pasti membangun kembali tembok kebahagiaan yang sesungguhnya. Kamu malaikatku. Perlahan kamu buat keruwetan dalam hidupku terurai dengan mudahnya. Kamu buat aku berani memproklamirkan hubunganku yang lalu telah berakhir dan sekarang ada kamu sesungguhnya bahagia. Benar seperti apa yang aku takutkan pertentangan itu terjadi. Semua menganggap aku bercanda karena semua menganggap kisah yang lalu membuat aku bahagia. Tidak ada penjelasan karena bagiku tidak penting menjelaskan tentang rasa. Kenapa semua yang repot sedangkan aku sudah bahagia sekarang.
Aku berfikir dengan menyimpan kebahagiaan karena berakhirnya sebuah kisah yang lama terjalin akan membuat situasi menjadi terkendali, ternyata aku salah, pertentangan terbesar itu meletus juga. Di saat aku dengan senyum bahagia yang sebenarnya membeberkan bahwa aku telah menemukan cintaku yang sesungguhnya justru saat itu juga airmataku tumpah karena cacian. Di relung hatiku aku sangat bahagia karena kamu kekasihku tetapi di satu sisi hatiku, aku terluka karena cacianmu mamaku. Pertentangan terbesar itu datang dari mamaku. Dengan berbagai cara mamaku menghancurkan bunga yang sebetulnya sangat indah jika mekar dengan sempurna. Tidak ada dayaku menjawab setiap cacian yang keluar dari mulut wanita yang melahirkan aku di dunia. Hanya airmata yang terus menetes disaat cacian itu terngiang, tapi itulah hebatnya kamu kekasihku, lelaki hebatku selalu membuat aku bangkit dan bangkit. Dengan tidak membuang rasa sayangmu, rasa hormatmu kepada mamaku yang jelas memberi luka di hatimu, kamu terus ingatkan aku untuk tidak dendam dengan semua cacian itu. Jadikan itu semua motivasi diri kamu, buktikan jika semua salah, kalimat itu yang selalu kamu ucapkan untuk menguatkan aku. Dengan perlahan aku mampu membuktikan sedikit demi sedikit yang menjadi kebanggaan orangtuaku. Aku mampu persembahkan gelar sarjanaku yang sudah terlambat aku persembahkan. Lagi –lagi itu karena kamu lelaki hebatku. Dengan persembahanku ternyata tidak membuat semua menjadi baik justru tekanan semakin membuat kami terluka. Jika bisa hati ini dilihat dengan kasat mata tentu nanah itu akan terlihat karena luka yang mereka semua torehkan. Setelah itu justru tekanan luar biasa membrobadir hubungan bahagiaku. Langkah kita sangat berat bagai kaki ini tertindih beribu atau bahkan ratusan mungkin jutaan batu yang menghalangi setiap langkah. Andai kalian semua tahu langkah yang kita pilih adalah bahagia kalian semua.
Kisah bahagia yang harusnya dihiasi indah senyum dan riuhnya gelak tawa tidak tergambar dari hubunganku. Bahagia kita adalah perjuangan untuk tetap tersenyum disaat semua riuh dengan caci makinya. Bagai makan buah simalakama, tidak ada pilihan, yang ada hanya rasa saling menyakiti jika memilih. Sungguh aku tidak ingin menjadi anak durhaka tapi aku juga berhak untuk memilih pasangan hidupku yang kelak akan selalu ada disampingku. Dan aku tidak ingin memilih, yang aku inginkan rasa saling pengertian di antara kita. Dan untukmu mama, aku hanya ingin meminta doa restumu. Banyak hal yang sudah aku dan dia lakukan, tapi tuntutan untuk selalu diam dan mengalah tanpa ada jalan keluar yang pasti yang selalu kita terima. Bahkan masalah intern ini menjadi konsumsi publik yang indah sekali untuk dijadikan buah bibir. Semakin banyak orang lain bercerita tentang hubungan kita. Bagai masakan restoran bintang lima, sedap sekali dan itu tanpa mereka sadari betapa hati kita sakit mendengarnya.
Banyak pro dan kontra bagai pilkada yang mengkomentari hubungan kita. Semua berbicara menurut paradigma mereka sendiri-sendiri. Bagai tong kosong yang nyaring sekali bunyinya, tapi di sini kita berusaha dengan tangan terbuka lebar untuk mau mendengar dan mencoba mengurai setiap statment yang berguna untuk kita. Semakin bergejolak seperti tidak akan ada jalan keluar untuk hubungan kita. Tanpa mereka sadari semakin mereka berbicara semakin teriak hatiku ini. Inikah bahagia yang sesungguhnya???banyak tanya yang berkecamuk dalam hatiku ini. Dan lagi-lagi aku kuat karena kamu dan syukurku tidak henti masih ada papa dan ibu yang selalu ada dalam derai peluh dan air mataku. Dan keluarga besarmu yang tidak pernah keberatan dengan hubungan cinta kita dan hanya doa yang mereka persembahkan. Terima kasih Tuhan masih Kau sisakan banyak makhlukMu yang menyayangiku dan mengingkan hubungan kita langgeng. Karena kalian lah aku masih berdiri tegar dan karena kamulah bahagiaku.
Tembok yang dulu aku runtuhkan dengan sangat mudah dan aku bangun lebih sangat mudah sekarang harus aku ganti dengan tembok baru yang aku bangun dengan perjuangan, cinta, caci dan kasih dari mu, kekasihku. Memang tidak semudah dulu, tapi aku lebih bahagia membangunnya. Dan sepenuh hati,tentu aku akan menjaganya karena ini tak akan tertukar oleh apapun. Meski aku dan kamu masih harus selalu bersabar, mengalah dan menunggu. Kontroversi masih menghantui hubungan kita, semua berjalan semaunya tanpa terkendali dan tidak tahu kapan ujung pangkalnya. Tetapi semua sedikit terang disaat adanya permintaan sebagai syarat hubungan kita. Aku harus memanfaatkan ilmu yang aku peroleh untuk mengaplikasikannya dalam dunia kerja. Okay aku setujui itu karena tanpa menjadi syaratpun aku tidak ingin berpangku tangan tanpa karier yang aku rintis.
Dan ditengah pleasure yang luar biasa aku berusaha membuktikan semua. Tapi semua tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh proses yang cukup panjang untuk mewujudkan mimpiku yang menjadi syarat untukmu, mama. Entah ini semua caramu memisahkan kita atau memang benar adanya keinginan seorang mama pada anaknya. Maafkan aku jika aku sampai berfikiran sepicik ini, karena ini semua wujud dari rasa sakit yang tidak hanya sekali atau dua kali yang tertoreh tapi banyak kecewa yang harus aku terima karena ucap dan tindakanmu, mama. Tidak seharusnya aku mengingat butiran airmata yang aku keluarkan dari rasa sakit yang ada dibanding peluhmu melahirkan dan membesarkan aku.
Kamu Sama Dengan Bahagiaku Karya Phier |
Andai sifat tak sekeras ini, andai ucapan bisa terkontrol dengan bijak, andai tindakan bisa selembut sutera tentu pertentangan ini tidak akan pernah ada. Aku tidak menyalahkan siapapun apalagi mama, karena ini semua Takdir yang aku adalah lakon untuk indah skenarioNya. Kenapa mesti harus mendengar omongan orang lain yang kita tidak tahu maksud mereka apa dibanding mendengar alasan dan tujuan seorang putri kepada mamanya, kenapa ma??? Apa aku tidak pantas untuk di dengar dan tidak boleh menentukan bahagiaku??? Iya aku tahu pastinya tidak ada orang tua di muka bumi ini tidak menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tetapi kenapa mesti dengan caci yang pedih untuk bersilang pendapat dengan anakmu??? Maaf ... maaf mama jika emosi membelenggu hati ini, aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari rasa emosi. Dia laki-laki yang aku pilih tidak sehina itu, yang ada di fikiran mama.
Memang dia bukan seorang sarjana, dia bukan anak kandung dari orang tuanya, dia bukan pegawai negeri seperti yang mama inginkan dan impikan menjadi pasangan hidupku. Tapi dia yang selalu dipandang sebelah mata oleh mu mama adalah lelaki hebat yang menarik puterimu, anakmu menjadi pribadi yang berani ungkapkan kebahagiaan semu yang selalu disuguhkan untukmu. Inilah bahagia yang sesungguhnya, yang kau caci dan yang kau sepelekan. Dia lelaki yang dengan kegarangannya mampu mewujudkan semua mimpi mama dan itu tidak mama sadari, ya karena dia tidak menginginkan dia diterima karena sayap malaikatnya. Tahukah mama hatinya begitu teriris di saat mama menginginkan pertemuan di antara kita tapi dengan tanpa menghargai aku dan dia, mama menjadi pengecut yang bersembunyi dari kenyataaan. Untuk kesekian kalinya aku minta maaf jika rasa benci ini ada disaat aku terluka karenamu, mama. Tahukah mama jika hanya mama yang begitu keras menyepelekan hubungan kita. Tahukah mama betapa aku diterima baik ditengah keluarga besarnya, hangat ditengah kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan dari kalian semua keluargaku, mamaku.
Jiwa ini rapuh jika engkau ingin tahu, mamaku. Tapi dia kekasihku mampu membuat semua berarti meski sakit. Sungguh aku tidak menginginkan ada pertentangan ini. Aku ingin semua bisa terima dengan legowo apa yang menjadi rencana kita dan kita juga tidak akan mengecewakan kalian semua. Hanya itu, hanya doa restu kalian yang kita inginkan, tidak lebih. Tapi ternyata takdir berbicara lain, jalan yang sakit ini yang harus kita tempuh untuk menebus rasa bahagia dan restu. Kita kuat bahkan sangat kuat untuk perjuangkan ini semua. Kita tangguh walau terkadang kita tertatih, kita lelah dan kita saling menyalahkan karena rasa yang tidak tersampaikan.
Dan kalau boleh jujur justru kita, khususnya aku sangat berterima kasih karena dengan ini aku tahu bahagia dan bagaimana cara mewujudkannya, aku menjadi kuat, aku tidak rapuh meski ini semua belum seberapa di banding dengan dia, lelaki hebatku. Semua telah membuat aku semakin mampu untuk hidup jauh dari kalian, orang tuaku. Dalam perantauanku, aku ingin buktikan jika aku mampu mewujudkan mimpiku yang sekaligus menjadi syaratmu. Jauh dari kalian bukan pilihanku tapi ini harus aku pilih untuk menekan intensitas perdebatan antara kita, mama. Aku tidak ingin amarahmu membuat aku menjadi anak durhaka dan di laknat Tuhan. Jauhku adalah ikhtiarku untuk buktikan pilihanku. Tidak aku pungkiri ada rindu di relung hatiku, diamku dalam jauh ada tangis disini tapi aku tidak akan kalah. Dan lagi-lagi mama, andai engkau tahu dalam jauhku tuntunan dia lelaki yang tidak engkau restui berperan besar dalam menjaga puterimu, anakmu yang selalu engkau caci. Dia menjaga lebih dari dirinya sendiri, dia ada dalam situasi apapun, dia penyemangat dalam setiap pagi, dia senyum dalam setiap tangisku, dia tegas dalam setiap salahku, dan selalu ingatkan ku bahwa sesakit apa hati ini karenamu, mama tetaplah ibu yang melahirkan ku dan mama adalah surga ku. Terlintaskah di relung hatimu begitu besarnya dia dalam kesederhanaan dan hinaan.
Entah akhir seperti apa yang akan terjadi. Yang aku tahu aku akan lakukan yang terbaik untuk semua. Untukku dan kamu kekasihku, untuk kalian orang tua kita, dan kalian semua yang bertabuh riuh dalam kisah ku dan dia. Waktu akan membawa masa bahagia itu. Masa dimana kalian diam dengan sejuta sanjungan yang entah akan kalian ucapkan atau hanya batin yang akui semua. Dan yang pasti saat itu akan nyata dan airmata akan mengalir tapi bukan karena luka tapi karena bahagia yang tidak terkira. Meski sekarang kita masih tertatih kekasihku, terima kasihku untuk kesetiaan, kasih dan sayangmu yang terus menuntunku, walau kisah kita tidak mudah meski kita tahu kisah kita sangat indah. Terima kasih papa dan ibu untuk setiap doa yang tidak henti kalian ucapkan untuk iringi langkah kita. Kita jauh dari kata sempurna, tapi yakinlah apa yang kita ikhtiarkan adalah keistimewaan untuk kalian semua. Mama ... sungguh aku sangat menyayangimu, sungguh aku tidak ingin menjadi pembangkang, sungguh aku tidak ingin dendam. Ijinkan kita bersatu dengan bahagia karena itu kan jadi bahagiamu juga. Sungguh kita menghormatimu, menghargai dan sangat mencintaimu seperti halnya papa dan ibu. Hanya satu yang kita inginkan “DOA RESTU KALIAN” ... karena DIA BAHAGIAKU ...
...We Love You All ...
Dan kisah ini pasti akan berujung, aku yakin itu. seiring waktu yang membawa aku dalam mimpi indah tidur malamku.
No comments:
Post a Comment